RUMAH CINTA

Minggu, 25 Oktober 2009

5. MONYET GORILA ATAU,..KINGKONG..?

Sepulang sekolah, cuaca panas seakan menyengat kulit dan membuat perut terasa keroncongan. Para penghuni Rumah Cinta langsung duduk manis di depan hidangan santap siang yang telah tersaji. Menu makan siang yang menggoda dan menggugah selera membuat Ahmed tidak tahan lagi untuk segera melahapnya.
“ Eit,..!!! tunggu abah keluar dulu. “ ibu menepis tangan Ahmed yang hendak mengambil potongan ikan goreng. Membuat Ahmed sedikit kecewa dan menarik kembali liur yang hampir terjatuh. Wiya dan Rhe menahan tawa.
Kebiasaan berjamaah dan musyawarah yang diterapkan di rumah cinta sangat mempengaruhi keharmonisan dan keberkahan keluarga ini. Mulai dari shalat, makan, hingga hal-hal yang menjadi kepentingan anggota keluarga selalu bersama.
Ketika bayangan abah mulai menyembul dari balik gorden kamarnya, anak-anak Rumah cinta langsung memperbaiki duduknya, katanya sih supaya santap siang istimewa ini terasa lebih bermakna dan lebih nikmat.
“ Emang duduk manis mempengaruhi,..? “ protes Neni yang di minta untuk memperbaiki letak duduknya oleh Ahmed.
“ Kadang-kadang…!! “ sambungnya cepat. Takut tidak kebagian ikan.
Kalau suasananya sudah seperti ini, biasanya ade Ocit yang kebingungan, karena tangannya yang paling pendek kalah cepat mengambil ikan, jadi bagiannya selalu yang kecil. Namun ibu selalu adil pada semua buah hatinya. Beliaupun memberikan jatah yang tidak jauh berbeda dengan kakak-kakaknya. Ade Ocit tidak jadi menangis.
Usai makan siang. Ibu mengeluarkan Pisang Susu, pisang pavoritenya sang kepala keluarga anak-anak jadi ikutan. Sebelum di ambil abah, ibu membagikan pisang itu satu persatu pada buah hatinya agar tidak berebut. Dengan tenang dan manis anak-anak Rumah cinta mengupas dan melahap pisang yang telah dibagikan bunda. Abah tersenyum melihat putra-putrinya yang saling menyalahkan teori membuka kulit pisang.
Abahpun membuka kulit pisang yang dipeganginya sejak tadi dengan hati-hati sambil membaca do’a. ketika hendak memakannya.
“ Aaaa,.. Abah ngupasnya tiga lembar,..” ejek ade Ocit, menunjuk ke pisang yang akan di lahap abah.
“ memangnya kenapa,..? “ abah memeriksa pisang yang setengah kulitnya telah terekelupas, takut ada yang salah.
“ Udah,.. makan saja. Anak-anak konyol kok didengerin..” sambung ibu.
“ Kalau mengupasnya tiga lembar,..itu caranya,..” sambut Neni.
“ Monyet,.. “ sambut yang lain kompakan.
Abah manggut-manggut. Kemudian membelah salah satu dari lembar kulit pisang itu menjadi dua bagian.
“ Sekarang jadi empat kan,..! “ abah bangga, karena mengira anak-anak tidak akan bisa mengoloknya lagi.
“ Kalau empat lembar,…” Rhe menggantungkan kalimatnya.
“ Gorila,..” sambut yang lain kompakan.
Ibu yang cuek tidak peduli dengan semua komentar buah hatinya langsung saja melahap buah pisang yang sejak tadi sudah dibukanya. Sedangkan abah yang masih penasaran langsung merobek-robek kulit pisang itu menjadi bagian yang lebih banyak lagi, untuk memastikan komentar apa yang akan dilontarkan anak-anaknya.
“ Nah,.. kalau itu,..Kingkong,..!! “ ade Ocit memamerkan suara cadelnya.
Semua tertawa bahagia. Abah hanya geleng-geleng kepala mendengar kekonyolan mujahid-mujahidahnya. Kebahagiaanpun menyelimuti Rumah cinta.
Setelah melahap habis pisangnya. Abah sengaja bertanya untuk menguji dan menambah suasana jadilebih meriah.
“ Terus bagaimana cara manusia membuka kulit pisang…? “
“ Tanya aja ama Monyet,… !!! “ semua kompakan.
Ha,..ha,..ha,..ha,..
Tawa kembali lepas disuasana siang yang tak lagi panas menyengat.

Pesan Moral :
Dari pada takut dikatai Monyet, kingkong atau Gorila, lebih baik makan pisang langsung ama kulitnya. Aman kan,..?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar