RUMAH CINTA

Minggu, 25 Oktober 2009

8. KOLOR IJO

Setelah hujan seharian mengguyur bumi pertiwi Lombok Timur, tanaman terlihat semakin subur, tanah-tanah makin menggembur, bumi menjadi makmur, kok sore-sore gini ibu malah buat bubur.
“ Bu,.. ini sepertinya kurang gula. Asin.. ” celoteh ade ocit yang baru mencicipi sesendok bubur kacang ijo yang di buat bunda.
“ Nggak kok. Manis,..Cuma,…..” Ahmed menggantungkan kalimatnya.
Neni yang baru hendak menyuap buburnya ngerem mendadak, Rhe yang baru mulai membaca doa makan diam sejenak takut melanjutkan, Wiya dan Aa’ yang baru mengipas-ngipas mangkoknya supaya cepat dingin menahan kipasannya, abah pun yang baru mulai menyendok buburnya segera mengurungkan hanya ingin mendengar komentar bagaimana rasa bubur special yang dibuat istri tercinta. Bunda harap-harap cemas.
Semua terdiam dan tersihir oleh kalimat yang digantung Ahmed. Semua menunggu kelanjutannya.
“ Cuma,.. kurang,..mm,..mm,.. kurang kecap..!” suaranya mantap.
Wu…wu…wu…emang gak pake kecap dodol..!!!
Semua meneriaki Ahmed untung saja dia tidak dilempari mangkok berisi bubur itu.
“ Sialan…Bodrex…!!!” ucap Aa’ jengkel.
Baru saja mereka akan menyuap buburnya serempak. Wiyapun angkat suara.
“ Yang bener, bubur ini kurang,..” Wiya terlihat sibuk mengamati rasa bubur yang tengah dikunyahnya. Dan yang lain sepertinya percaya, karena semua penghuni Rumah cinta tahu kalau selama ini Wiyalah yang paling rajin Bantu bunda di dapur. Paling tidak ia sudah mengenal perbedaan rasa dengan baik.
“ Kurang apa Wy,..?” Tanya ibu antusias.
Seraya tersenyum, Wiya menjawab. “ Kurang,.. banyak,..he..he…”
“ Bodrex,..uyus…” emosi Aa’ meledak.
Untuk kedua kalinya mereka tertipu oleh kekonyolan saudara mereka sendiri. Kini mereka tak mau mendengar satupun dari penghuni rumah cinta untuk komentar. Bubur kacang ijo yang sejak tadi belum disuap, mulai mendingin. Tanpa dikomando sekalipun semua langsung melahap burjo special buatan bunda yang dimasak dengan penuh cinta yang kelezatannya tak tertandingi oleh koki manapun. Dalam tanda kutip “ Pada saat itu.”
Wajah bunda terlihat sumringah melihat dan menyaksikan orang-orang yang dicintainya melahap hidangannya.
“ Cit..!!!” panggil Aa’
ade Ocit yang tengah nikmat melahap bubur kacang ijonya langsung muncrat.
“ Apa beda kacang ijo sama kolor ijo…?” Aa’ ngajak main tebak-tebakan, sekedar menghangatkan suasana kembali.
Sepertinya ade Ocit termakan pancingan yang dilempar Aa’. Dilepaskanya sendok yang hendak mengangkat kuah burjo itu untuk memikirkan jawaban atas tebakan yang dilontarkan Aa’ tadi. Diam-diam ternyata yang lain juga ikut berfikir. Karena merasa tertantang dengan jawaban yang akan keluar. Semua melepaskan sendoknya, menunda suapannya sejenak. Berbeda dengan Ahmed dan Aa’ yang bertanya, ia terus saja melanjutkan suapannya hingga yang terakhir.
“ Ngalah kan,..?!! yang bener itu. Kalau kacang ijo bisa dibungkus pake kolor ijo. Nah kolor ijo gak bisa dibungkus pake kacang ijo.” jawab Aa’ bangga, melihat yang lain kebingungan.
“ Nah sekarang apa persamaan kolor ijo dan kacang ijo…?” sambung Ahmed gak mau kalah.
“ Sama-sama ijo.” Jawab Wiya lantang dan merasa benar.
Ahmed menggeleng tidak setuju sambil menyuap isi mangkuk berikutnya.
Setelah habis dan merasa telah kenyang. Ahmed menjawab rasa penasaran saudara-saudaranya.
“ Sama-sama bisa dijual. Kolor ijo dijual, bisa beli kacang ijo. Kacang ijo di jual, bisa beli kolor ijo.
Seperti biasa. Pada akhir cerita Ahmed selalu di soraki saudaranya. Dan ia hanya bisa tersenyum puas mendengarnya.
Saking khusyuknya berfikir dan asyik main tebak-tebakan, mereka tak menyadari sama sekali kalau isi mangkok mereka telah lenyap di mangsa oleh dua pemuda kanibal yang tidak bertanggung jawab.
Sekali lagi mereka kompak teriak sekencang-kencangnya, karena Ahmed dan Aa’ telah kabur melarikan diri. Lari dari tanggung jawabnya yang telah menghabiskan mangkuk-mangkuk bubur kacang ijo mereka. Abah dan ibu tidak bisa berkata apa-apa, beliau hanya tersenyum melihat semuanya begitu konyol.
@RMH CNT@
Gendang-gendut tali kecapi
Kenyang perut senanglah hati
Pantun di atas tepat sekali untuk menggambarkan keadaan saat ini di Rumah cinta. Karena setelah melahap bubur kacang ijo buatan bunda, kini mereka yang bersetatus sebagai anak, tengah berkumpul di depan pesawat televisi, tidak ada acara rebut-rebutan remot lusuh. Karena remot itu telah menghembuskan nafas terakhirnya ketika dua ponakan itu datang. Mereka adalah ponakan-ponakan berdarah dingin karena abis keujanan, yang dengan sadis membantai remot lusuh kesayangan tante Neninya, hingga membuat Neni bersedih dan masih berkabung sampai sekarang. Beruntung ia tidak prustasi dan tidak nekat untuk mengakhiri nyawanya menyusul remot lusuh tersayang.
Ada hal yang positif dapat dilihat dari wafatnya sang remot lusuh, yakni Neni dan ade Ocit yang tak lagi berantem, dan mereka semua kompakan menonton kartun Tom and Jeri. Gelak tawa bahagia menggema di Rumah Cinta. Saking capeknya tertawa, Aa’ ngiler sampe jungkir balik.
Tak ingin menghabiskan waktu hanya dengan tertawa. Aa’ ngiler langsung masuk kamar. Sepertinya ia tengah mengambil sesuatu. Terbukti dari gayanya saat keluar kamar yang memasukkan tangan dalam kantong celananya. Wiya yang melihat penasaran. Sifat selalu ingintahunya kumat. Serta merta dihadangnya Aa’ yang hendak keluar melalui pintu belakang.
“ Ayo…apa itu yang di sembunyikan..? serahkan..!! “ Wiya berlagak seperti penyamun manis.
Wajah Aa’ terlihat marah, karena langkahnya dihalangi.
“ uyus* minggir yo..!!! “ Bola mata Aa’ hampir saja jatuh melototi Wiya yang tak mau minggir sedikitpun.
“ Lihat dulu apa yang di kantong,..!!! “ Wiya tak mau menyerah.
Dengan jengkel Aa’ langsung mengeluarkan benda yang di sembunyikannya di balik kantong celana dan menempelkannya tepat di muka Wiya yang penuh dengan jerawat.
“ Nih,.. sekalian jadi obat jerawatmu..!!! “ Aa’ kesal sambil menggosok-gosokkannya diwajah adeknya itu sampai perih.
Wiya tak bisa bernafas dengan bau amis yang keluar dari benda yang di tempelkan Aa’ di mukanya itu.
“ Aaaaaaaaak…!!! Apaan sih ini, sumpah amis banget…huh..huh..huh…” Wiya berteriak dari balik benda yang berbentuk segi tiga berwarna hijau itu dengan nafas terengah-engah. Beruntung tidak pingsan.
Aa’ tertawa puas, di sambut dengan yang lain kebetulan melihat.
Perlahan Aa’ akhirnya membuka cadar hijau yang ditempelnya diwajah adiknya.
Setelah mengambil nafas normal. Wiya penasaran dengan cadar hijau yang dipakai Aa’ menutup mukanya tadi.
“ Cadar,.. kok amis..? “ Tanya Wiya sedikit mual.
“ Gak pernah di cuci satu minggu,..”
“ Coba lihat,..!!! “ Wiya masih penasaran.
Aa’ mengeluarkan kain segi tiga berwarna hijau itu sedikitdemi sedikit, agar Wiya makin penasaran. Wiya yang tak sabaran langsung menarik kain hijau itu dari kantong Aa’nya.
Begitu dibentagkannya kain itu, Wiya langsung berteriak sekencang-kencangnya.
Marah.
Tiba-tiba perutnya terasa mual, Aa’ langsung ngibrit entah kemana takut jikalau Wiya balas dendam dengan cara yang lebih sadis.
Di luar Wiya muntah-muntah, isi perut sejak seminggu yang lalu habis keluar dan tenaga yang di jatahkan untuk seminggu lagi pun habis terkuras untuk muntah.
Yang lain bukannya iba malah tertawa.
Kolor ijo alias celana dalam hijau, bau bacin yang tidak pernah di cebok satu minggu lebih itu pun segera di amankan agar tidak memakan korban lebih banyak lagi.

Pesan Moral :
Ternyata Celana dalam berwarna hijau ( Kolor Ijo ) yang tidak pernah dicebok seminggu tidak hanya berfungsi sebagai sarang burung, tetapi bisa juga digunakan sebagai pencuci perut. Kolor ijo tidak perlu sering-sering di cebok ( dicuci ) , karena meskipun jamuran gak akan kelihatan.keren kan? =)

1 komentar:

  1. Jyahahahahahaa.... Lucu banget..! Semoga Keluarga cinta milik yunda dan akan selalu menjadi milik yunda tetap diliputi kebahagiaan dan kedamaian, selalu dilimpahkan rahmat oleh Allah SWT.

    BalasHapus