RUMAH CINTA

Selasa, 09 April 2013

Jumat, 13 Agustus 2010

BATITA (BAyi TIdak tahu TAta-tertib)

Ini tarawih pertama dalam bulan suci ini. Wiya dan Nano saling membanding-bandingkan mukena siapa yang paling putih. Bunda yang biasanya menggunakan mukena lusuhnya setiap shalat, kini menggantinya dengan mukena terbaiknya itu semata perwujudan atas kesyukurannya dalam menyambut kedatangan bulan suci. Abah keluar bagai malaikat syurgawi dengan wewangian misk-nya membuat aroma setiap sudut rumah cinta semakin semerbak, siap untuk memimpin shalat sunnah langka ini. Kemeriahan malam pertama Ramadhan semakin semarak dengan celoteh para kurcaci yang ikut tarawih bersama di rumah cinta.
Penuh dengan kenikmatan dan kesyukuran karena dapat dipertemukan dengan bulan yang penuh rahmah ini. Jadilah malam itu di Rumah Cinta menjadi malam ibadah dan larut dalam kekhusyukan serta kenikmatan yang luar biasa.
Usai shalat tarawih, abah memberikan kultumnya. Karena ini adalah malam pertama, jadi yang mengisi ceramah adalah abah, dan malam-malam selanjutnya abah mengatur jadwal pengisi ceramah usai salat tarawih adalah para penghuni rumah cinta, tak peduli masih kecil ataupun besar, semua mempunyai tanggung jawab yang sama untuk mengisi kultum usai salat tarawih. sama seperti ramadhan-ramadhan sebelumnya.
Aa’, Wiya, Nano, Ahmed dan Neny duduk mengitari abah yang tengah mendengar si kecil Salsabila yang lebih senang di panggil Cha-Cha sedang meminta do’a pada ninik laki-nya usai ceramah.
“Ninik,..Cha-cha minta doa supaya cha-cha jadi anak solehah,..” mata beningnya melirik ke kanan- kiri melihat ke arah abah Ami (Panggilan buat Aa’), Paman Ahmed, Om Ochit. Bibi’ Cantik (Wiya), ‘Ammah (Nano), Tante (Neny). Semua kompak tersenyum. Tapi entah mengapa Cha-cha melihatnya seperti sedang menyeringai, hingga ia tidak dapat melanjutkan kalimatnya. Si kecil terlihat ketakutan.
“Ayo,..belum selesai mintanya..” suara mbak Midha yang merupakan ibu kandung dan sahnya Salsabila, mengingatkannya dengan lembut.
Sambil sesekali menutup mata dan sesekali memandangi langit-langit si batita itu melanjutkan permintaannya.
“Supaya jadi anak solehah,...mm..mm...hafidzah,..mm.mm...” ia terlihat mulai kebingungan. Sepertinya lupa.
“Muballigah...” dikte bibi Cantik-nya
“Muballigah...” ulang Cha-cha. Dan melihat ke wajah Ammah-nya.
“Mufassirah..” dikte Nano.
“iya...” sambung si kecil.
“supaya cantik...” Neny ikutan mendikte.
“Eee,..sudah cantik Cha-cha.” Protesnya ke-pede-an. Disambut seringaian penghuni rumah cinta.
“ayo cepet...!” abah sudah tidak sabar menunggu kalimat cucunya selesai.
“Supaya Cha-Cha banyak uang...” pintanya polos. Kontan permintaan terakhir membuat yang lain tertawa.
“ternyata kecil-kecil matre juga nih anak..” Aa’ geleng-geleng heran mendengar permintaan keponakannya.
Usai menjalankan ritual tadi, para penghuni Rumah Cinta berkumpul untuk memusyawarahkan penyebab keponakannya yang selalu meminta untuk diberikan uang banyak dalam tiap doanya. Ternyata usut punya usut, dalam tiap doanya si batita itu selalu meminta kepada Allah agar diberikan uang yang banyak, itu karena tekanan orang tuanya.
“Orang tuanya memanfaatkan si anak yang masih kecil untuk mengemis ke Allah” “mentang-mentang doa anak kecil lebih cepat makbul.” Satu-satu dari mereka berargument.
“sepertinya kita harus melaporkan masalah ini ke komnasham perlindungan anak” sambung Aa' antusias.
“Atas tuduhan apa..?” tanya Nano yang masih ragu.
“mengeskploitasi anak.” Jawab Wiya tegas.
“Saya kira, ini salah satu bentuk protes Cha-cha yang tidak pernah mendapat uang jajan, dari itu ia mengemis ke Allah.” Ahmed mencoba berargumen dari sudut pandang yang berbeda.
“Tuduhan untuk orang tuanya bertambah.” Sambut Aa’.
“Apalagi..” sepertinya daya loading si Nano lagi ancur.
“menelantarkan anak.” Sambung Wiya cepat.
“Kira-kira hukumannya berapa tahun penjara.?” Tanya Neny membawa kalkulator.
“Bisa jadi paling lama empat tahun.” Aa’ menggunakan ilmu kampusnya yang mengambil jurusan hukum syari’ah.
“Eit,..stop..stop..stop...!!” Wiya terlihat panik begitu mendengar hukuman yang empat tahun.
“Ada apa..?” tanya semua kompak.
“Kalau sampai kak Midha di penjarakan Empat tahun, itu berarti tanggung jawab atau hak asuh anak akan berpindah ke keluarga kita.” Wiya melotot.
“Secara, keluarga kita adalah keluarga terdekat dari ibunya alias ada neneknya.” Sambung Wiya tegas.
“Tidaaaaak,...” teriak Neny, membuat semua tutup telinga.
Beberapa menit kemudian yang lain ikut teriak kompak.
“Tidaaaaaaaaaaaa.........k” dengan bulu kuduk merinding. Karena membayangkan bagaimana jika benar hak asuh si batita pindah ke rumah cinta. Pastinya rumah cinta akan hancur berkeping-keping.
“Dia akan memporak-porandakan kamarku...” Aa’ merinding.
“Dia akan mencorat-coret buku-bukuku...” Neny meradang.
“Dia akan terus ngompol di kasurku...” Wiya mendesah.
“Dia akan mengganggu istirahat siangku...” Nano mengeluh.
“Dia akan mengacaukan lemariku...” Ahmed mengigau.
“Dia akan menjadi saingan terberatku menonton acara televisi...” Ocit mengamuk.
“sebaiknya kasus ini kita tutup saja, jangan diperkarakan.” Aa’ memberi pencerahan.
“Setuju....!!!” Semuanya kompak dan bubar, begitu si batita datang menghampiri mereka.
“Cantiiiiik,....adik Cha-Cha ngompol di kamar Cantik..” Fawwaz lari sembari teriak, membuat Wiya menjerit. Semaput.

Pesan moral:
Para BATITA ternyata lebih berbahaya dari apa yang anda kira. Ia berkeliaran dimanapun ia suka, membuat kekacauan di sekitar anda. Maka, WASPADALAH...WASPADALAH...!!!

Marhaban Ya Ramadhan

Suka cita dan kemeriahan manyambut bulan suci Ramadhan begitu kental terasa di kampung halaman tercinta ini, lebih khusus lagi di Rumah cinta ini.
Bisnis sabu (sarapan bubur) dan Gorhang (Gorengan Hangat) bunda untuk sementara tutup buku, tapi bukan bangkrut. Itu semata karena bunda akan kehilangan pelanggannya. Tak akan ada lagi yang mau beli Sabu setiap paginya, diberi diskon seratus persenpun mereka pasti akan menolak. Ya iyalah, mereka kan puasa. O’on.
Sudah sekian banyak bisnis kuliner yang dilakoni bunda untuk menambah kebutuhan asupan gizi penghuni Rumah Cinta, namun tidak sekali pernah terlihat peningkatan kurva hasil penjualan, meski pelanggan tetap bunda banyak. Usut punya usut ternyata para pelanggan bunda adalah enam mahluk omnivora yang sampai saat ini masih bersarang ditiap bilik Rumah cinta ini. Siapa lagi kalau bukan Aa’ si pemangsa segala terutama Sabu yang menjadi menu wajibnya ketika bangun tidur, Wiya yang kurus tapi rakus terutama saat melahap pisang goreng, si Nano yang berbanding terbalik antara ukuran badan dengan porsi makannya, ada Ahmed yang selalu mengaku kalau nyawanya hari itu tercecer pada tiap gorengan hangat bunda, lain lagi The Neny yang katanya gak doyan makan gorengan takut kalau akan merusak jaringan organ pita suaranya yang merdu seperti kaleng rombeng, tapi satu bakul sendiri disikatnya gorengan hangat bunda dan yang satu lagi si cadel Ocit yang katanya gak akan bisa melafalkan huruf R kalau tidak memakan Go-Re-ngan (penekanan bacaan ada pada hurup Re). Meski begitu bunda tetap ikhlas melakukannya.
“Dari pada mereka semua minta uang jajan ke bunda buat beli makanan diluar sana yang gak jelas halal haramnya” jawab bunda ketika ditanyai abah perihal usahanya yang jalan ditempat.
Begitu Ayam jantan berkokok dengan lantangnya, ibunda yang sudah beberapa minggu tak pernah menginjakkan kaki ke pasar tradisional Selong, kini telah bersiap-siap menyusun daftar belanjaannya untuk mempersiapkan kebutuhan satu bulan kedepan, dan menyikapkan menu istimewa untuk sahur dan berbuka di hari pertama puasa nanti.
Begitu juga dengan penghuni Rumah cinta yang lain, mereka telah siap-siap untuk menyambut bulan yang penuh dengan berkah dan ampunan ini, dengan bersama-sama, bahu-membahu, bergotong-royong membersihkan rumah cinta yang mereka banggakan.
Ada yang bertugas membersihkan semua perabot rumah, ada yang bertugas membersihkan semua jendela, mengepel rumah dan lantai, mencuci gorden-gorden yang tertimbun debu selama berbulan-bulan. Sayangnya bulan ini, panglima Rumah cinta tidak memiliki cukup dana untuk mengganti dan merenovasi warna cat tembok rumah yang telah beberapa tahun tak pernah diganti. Dan Alhamdulillahnya warna cat tembok rumah tidak kusam. Hanya saja warnanya sedikit pudar, tetapi tidak mengurangi kecerahan warna hati para penghuninya dalam menyambut semarak Ramadhan yang semakin menambah rasa nikmat dan syukur akan datangnya bulan yang penuh dengan rahmat dan ampunan.
Panglima Rumah cinta selalu mengingatkan pada anak-anaknya.
“ Bahwa barang siapa yang menyambut kedatangan bulan Ramadhan dengan penuh suka cita, maka Allah SWT akan membebaskannya dari api neraka.”
Maka, wajar saja ketika hari yang dinanti itu tiba, semua berbahagia dan menyambutnya dengan penuh suka cita.
Begitu semua tugas dan tanggung jawab masing-masing telah kelar, satu persatu dari penghuni rumah cinta memasuki ruang peristirahatan masing-masing untuk mengumpulkan kembali tenaga yang terkuras sepanjang hari. Tak ketinggalan, bocah-bocah kecil yang tadinya hanya bisa mengganggu dan menambah kemeriahan kini ikut tertidur dengan begitu pulas di kamar sang bunda.

@RMH CNT@

Bunda pulang dari pasar dengan menenteng sekeranjang barang bawaannya, melihat bunda pulang semua berhamburan untuk menyambutnya, bukan hanya ingin membantu untuk meringankan beban bunda, melainkan karena ada udang di balik keranjang belanja.
“ Kue serabi pesananku ada kan bunda?” tanya Ahmed yang memproklamirkan diri kalau nyawanya hari itu benar-benar berada di kue serabi.
Bunda tak menjawab, karena sibuk mengemasi barang yang tececer dari keranjang.
“ Ninik…ada es cendolnya gak..?” Rengek si-batita.
Bunda masih diam.
“Buk,..buburnya ada kan?” Aa’ yang baru keluar dari kamar langsung menyerbu bunda. Karena Alarem hanphonenya telah berbunyi, mengingatkannya bahwa waktu makan bubur tiba.
“Emang kalian semua titip ama bunda ya?” tanya bunda acuh.
Semua saling berpandangan, lalu dengan kompak menjawab.
“Iya” Ahmed menambahnya dengan kalimat “Betul” dengan begitu mantap.
“Perasaan,bunda Cuma denger suaranya aja, tapi bunda gak dikasi duitnya.”
Aa’ dan Ahmed angkat bahu.
Kecewa.
“Iya nih. Yang namanya nitip itu tentu disertai dengan uangnya, bukan hanya dengan omongan saja.” Sambut Wiya yang baru datang membantu bunda mengangkat sebagian barangnya.
”Bun,..susu buat Wiya ada gak?” Wiya bertanya setengah berbisik takut terdengar saudaranya yang lain.
Tiba-tiba..
”Ctak..”
”Auw...sakit..” Wiya memegangi kepalanya kena jitak bunda.
”kamu sama saja dengan yang lain.” bunda melotot.
Wiya hanya bisa cengengesan.
Wiya segera membantu bunda merapikan barang belnjaannya, bumbu dapur dimasukkan ke dapur dan stok makanan yang kering, seperti kerupuk dan kacang-kacangan disimpannya dalam lemari.
“Bunda beli detergen lagi?. Bukannya masih ada?” Wiya komentar.
“Untuk besok pagi. Kita kerja bakti mencuci gorden dan semua sajadah serta membersihkan Rumah Cinta ini. Untuk menyambut Ramadhan. Bukankah rumah bersih dan suci melambangkan kebersihan dan kesucian hati penghuninya..!” tegas bunda.
Wiya membayangkan kalau besok pagi tenaganya akan terkuras habis, karena akan mecuci karpet, sajadah, dan semua peralatan dapur, lalu mengepel lantai, membersikan jendela, dan semua perabot di dalam Rumah Cinta. Belum lagi dua kurcaci itu akan mengacaukan semuanya.
Belum lagi Wiya akan mengeluh, ia langsung teringat isi ceramah subuh babah yang menggebu-gebu, mengingatkan kepada penghuni Rumah Cinta agar senang dan bahagia menyambut datangnya bulan suci ini, karena barangsiapa yang gembira dengan datangnya bulan Ramadhan, Allah akan mengharamkan jasadnya masuk neraka. Mengingat itu, Wiya langsung bersemangat.
“Marhaban ya Ramadhaaaaaaaaan...” teriaknya penuh semangat.
@RMH CNT@
Begitu adzan Ashar berkumandang, abah langsung memberi aba-aba kepada segenap penghuni Rumah Cinta untuk segera mempersiapkan diri shalat berjama’ah. Sebagai pemimpin yang baik, beliau tak perlu memberi perintah panjang lebar, cukup dengan memberi contoh. Sebelum meminta semua penghuni untuk siap-siap, abah sudah siap di ruang keluarga yang sekaligus sebagai musholla alias pusat peribadatan di Rumah Cinta.
Meski sebagian besar penghuni sudah kumpul dan membuat shaf shalat yang rapi di belakangnya, abah belum juga memulai takbirnya.
“Ini pasti karena bunda belum berdiri di dalam shaf ini.” Wiya mengibaskan rukuhnya.
“Seperti biasa...” jawab Neny sembari mencibir.
“paduka tidak akan melanjutkan perjalanannya tanpa permaisuri.”sambung Nano.
“loh. Bunda kalian mana..?” Tanya abah yang mulai dihinggapi bosan, karena terlalu lama menunggu.
“Ninik laki, kapan mulai colatnya, Cha-Cha mau main ini..” protes si Batita.
“tunggu ninik bini dulu sebentar.” Jawab abah pada cucunya.
Tiba-tiba dari belakang Wiya langsung angkat suara dengan lantang.
IKOMAT
“Iya..iya..sudah selesai..sebentar...tunggu...u....” teriak bunda dari dapur dan terdengar berlari ke toilet.
Hanya dengan jurus ikomat suara lantang yang akan menyadarkan bunda dari kenikmatannya meracik bumbu di dapur.
Akhirnya shalat berjama’ahpun terlaksana tatkala permaisuri Rumah Cinta telah menduduki singgasananya. Suasana tetap terasa hidmat, meski si kecil Salsabila dan Fawwaz kerap saling goda.
Usai shalat, tak ada satupun yang boleh beranjak dari tempat duduk meski itu si kecil Fawwaz, karena abah tetap memegang kendali yakni memimpin doa. Baru setelah doa berakhir para anak dan para cucu antri untuk meminta doa pada tetua Rumah Cinta, siapa lagi kalau bukan abah dan bunda. Ritual inilah yang bisa dipastikan tak pernah ada di rumah dan keluarga manapun kecuali di Rumah Cinta ini. Setiap selesai shalat berjama’ah dan doa bersama, sebagai anak mereka akan langsung menghadap ke abah atau ke bunda meminta doa. Abah dan bunda kemudian memegangi ubun-ubun putra, putri dan cucunya satu persatu seraya memanjatkan doa terbaik untuk mereka. Setelah itu para anak dan para cucu akan menciumi telapak tangan abah dan bunda dengan penuh takzim dan rasa cinta kasih yang mendalam, baru kemudian menciumi kedua pipi dan kening mereka yang telah begitu banyak berjasa dalam hidup kita. Sebelum bubar jalan masing-masing dari tujuh bersaudara di Rumah Cinta itu akan saling berjabat tangan, yang kecil menciumi tangan yang besar dan yang besar akan mengecup kening yang kecil. Gambaran keluarga sakinah dalam balutan Ridho dan Rahmah Allah.
Selesai meminta doa dua kurcaci Rumah Cinta ditanya ninik mereka.
“Kakak Fawwaz, besok puasa kan..?” tanya abah mengelus kepala cucunya.
“Iya donk..kakak Fawwaz kan anak soleh, jadi harus puasa. Itu kata ibu.” Jawab si kecil Fawwas yang berusia lima tahun semangat mengingat setiap malamnya nanti akan dapat jatah segelas susu. Ternyata ada segelas susu di balik puasa Ramadhan.
“kalau mbak Cha-Cha..besok ikut puasa gak..?” abah menanyakan hal yang sama pada cucunya yang berusia dua tahun.
“ibu bilang, puasa itu gak makan sama gak minum. Nanti Cha-Cha laper kalo’ gak makan sama gak minum. Nanti Cha-Cha kurus seperti bibi Catik (Wiya).” Jawabnya polos membuat Wiya sewot. Belum juga abah ingin menyelesaikan percakapannya kurcaci-kurcaci itu langsung kabur ke halaman rumah bergabung dengan kurcaci lain. Abah hanya bisa tersenyum dan berdoa dalam hati untuk keselamatan anak cucunya.

Pesan Moral:
Rasulullah saw, menganjurkan kepada ummatnya untuk menyegerakan berbuka puasa. Bunda di rumah juga memerintahkan untuk segera berbuka puasa kalau azan magrib telah tiba. Karena terlambar lima menit saja hidangan berbuka ludes semua. Semua penghuni RC predator,.he..he..

Minggu, 25 Oktober 2009

11. Rasa Keju

Ketika semua telah membaik, baik itu rasa sakit hati, rasa tak dihargai maupun rasa terhinakan saudara sendiri telah benar-benar kembali normal, keadaan penghuni Rumah Cintapun kini kembali seperti biasa. Tidak sulit membuat hati Wiya untuk kembali seperti semula, cukup dengan salah satu dari mereka yang telah menyakiti hatinya, berani untuk mengakui kesalahannya alias minta maaf lalu sungkeman.he..he.. nggak ding
Semua akan impas…
Namun tekad untuk cuti membuat nasi goreng benar-benar dipegang oleh Wiya, tak peduli apapun yang menghadang, meski si Aa’ sampai ileran sekalipun, meski ade-adenya akan mengis darah sekalipun.
Wiya tidak peduli..
Cuaca siang, hari libur ini tidak benar-benar terik, mungkin karena mendung yang menutupinya sepanjang hari. Kebetulan kakak sulung beserta suami dan anak-anaknya datang berkunjung, dan semakin menambah keramaian dan kemeriahan Rumah Cinta.
Mendengar celoteh riang dari mulut kecil keponakannya itu, hati Wiya semakin terobati. Ia kini benar-benar telah melupakan peristiwa memilukan pagi tadi.
Ketika semua penghuni Rumah Cinta tengah asik berkumpul di teras depan, bocah-bocah kecil itu malah lebih memilih untuk menonton televisi dengan menyetel kaset VCD Harun Yahya bersama kawan sesama bocahnya dari pada akan menjadi mainan empuk paman dan bibinya yang super dupel jail.
Setelah sekian jam mereka ditinggal untuk menonton TV, tiba-tiba si kecil berlari dengan tergopoh-gopoh.
“ Cantiiik,.. “ ( eit,.. yang ini Panggilan sayang dari sikecil yang memiliki makna antonim)
Teriak si kecil pada bibi,..ehem,.. cantiknya.
“ Iya sayang,..” Wiya senyum sembari menahan pipis.
“ Keju itu apaan sih,..”
“ Emm..mm.. apa ya … keju itu,.. sejenis makanan yang banyak mengandung vitamin yang bisa membantu perkembanngan tulang pada tubuh manusia, dimana vitamin di dalam keju itu sangat berguna untuk proses metabolisme kita, terutama pada anak-anak yang usianya kira-kira di bawah lima puluh tahun ke atas. Artinya, seseorang yang mengidap penyakit osteoporosis di masa BALITAnya, itu terjadi akibat ia kekurangan makan keju semasa BATITAnya. Nah sedangkan secara bahasa, Keju itu sendiri memiliki beberapa macam makna, terlebih lagi dalam bahasa Bali, Keju itu artinya hasrat ingin Buang Air Besar…kemudian,..”
“ Huwaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa…………………….” Teriak si kecil menangis sekencang-kencangnya, membuat Wiya panik dan berusaha untuk melindungi kedua telinganya dari ancaman dan bahaya polusi suara yang di keluarkan si kecil.
“ Lho,.. sayang,..kenapa.? cup…cup…cup…”
Wiya berusaha untuk membuat keponakannya itu diam. Namun sia-sia.
Si kecil masih belum bisa diam. Sampai pada akhirnya mbak Idha, kakak bungsu Wiya yang sekaligus ibu kandung si kecil datang ketika mendengar suara tangis jagoannya menggema dan membahana ke penjuru nusantara.
“ Kenapa sayang?” tanya ibunya lembut.
Karena ibunya yang tanya si kecil langsung saja bercerita tanpa dosa.
“ Kakak tadi tanya ma bibi Cantik, kalau keju itu apa?” dengan mata yang masih sembab.
“ Terus,.. kenapa nangis..?” sambut bundanya menyimak dengan seksama.
“ Cantik bukannya jawab, malah ngomel-ngomel,..huk..huk..huk…”
Nangis lagi.
“ Udah sayang, Cantiknya mungkin lagi kurang sehat makanya marah.” Ibunya memberi pengertian sebijak mungkin pada anaknya yang masih berusia tiga tahun itu.
“ Iiih,.. enak aja lapor dan main tuduh seperti itu.” Protes Wiya pada ponakannya.
“ Kan tadi Cantik sudah jelaskan kalau keju itu…adalah sejenis makanan yang banyak mengandung vitamin yang bisa membantu perkembanngan tulang pada tubuh manusia, dimana vitamin di dalam keju itu sangat berguna untuk proses metabolisme kita, terutama pada anak-anak yang usianya kira-kira di bawah lima puluh tahun ke atas. Artinya, seseorang yang mengidap penyakit osteoporosis di masa BALITAnya maksudnya BawahLImapuluh Tahun, itu terjadi akibat ia kekurangan makan keju semasa BATITAnya atau ketika usianya Bawah Tigapuluh Tahun. Nah sedangkan secara bahasa, Keju itu sendiri memiliki makna khusus, terlebih lagi dalam bahasa Bali, Keju itu artinya hasrat ingin Buang Air Besar…kemudian,..” Wiya mengulangi penjelasannya secara berapi-api .
“ Aaah,.. sudah-sudah..kamu menjelaskannya kelewat cerdas, namanya juga anak kecil, jawabnya yang sederhana saja.” Bantah mbaknya jengkel, mendengar ocehan Wiya mengenai keju.
“ sayang.. keju itu adalah makanan enak yang bikin kita kuat dan sehat.” Terang ibunya pelan membuat si kecil manggut-manggut, sepertinya ia mulai memahami apa itu keju.
“ Kalau begitu, kakak mau juga dong makan keju bu.! “ Rengek si kecil yang kebetulan saat itu Ahmed mendengarnya.
“ Sayaaang.. di sini gak ada orang yang jual keju.” Rayu mbak Idha.
“ Ngaaaaaaaaaaaaaaak… pokoknya kakak mau keju, supaya kakak cepat besar kayak Abi, bisa cepat nikah dan punya anak kayak ibu…….”
Tidak terima, si kecil terus saja merengek-rengek dan berteriak minta di belikan keju.
“ Kakak Fawaz mau keju.?” Tanya Ahmed menahan tawa mendengar rengekan ponakannya yang kelewatan..
Si kecil mengangguk mantap.
Digamitnya lengan keponakannya menuju ke kamar tengah.
Ahmed meminta keponakan kecilnya itu untuk duduk menunggu sejenak. Begitu melepas pakaianya, Ahmed bertanya lagi pada si kecil.
“ Kakak sebelum makan keju, mau mencium baunya dulu gak? “ Tanyanya serius.
“ Iya.” Jawab si kecil singkat.
Ahmed kemudian menutup hidung ponakannya dengan tangan sebelah kiri.
Mereka terdiam sesaat.
Beberapa menit berlalu…
“ bagaimana.? Masih mau makan keju?”
“ Kok kejunya seperti bau ketek ibu ya,..?” Jawab si kecil polos.
“ Emang begitu bau keju Kak,..” Ahmed meyakinkan ponakannya
Ahmed lalu mengulangi perbuatannya dengan menempelkan telapak tangan kirinya diketeknya yang sedang lembab, kemudian menawarkan keponakannya kembali.
Si kecil berlari keluar menemui ibunya dan berteriak kegirangan…
“ Ibuuuuu….. kakak juga punya rasa keju..”
Dengan wajah berbinaria.
“ Mana.?” Tanya ibunya.
Dan Si Kecil menirukan cara yang di lakukan pamannya pada dirinya tadi. Kontan membuat ibunya teriak.
“ Iih……..kakak jorok. Masak ketek rasa keju.”
“ Paman Ahmed bilang gitu kok. Ibu juga punya kan? ” tanya si kecil sambil mencium tangan kirinya yang telah berulang kali ia tempelkan pada keteknya.
“ Gak usah sayang. Itu jorok” perintah ibunya sambil menarik tangan putranya yang tak henti-hentinya mencium bau keteknya.
“ Berarti kejunya ibu lebih enak dari pada kejunya Kakak, soalnya paman bilang kalau makin asem, berarti kejunya makin enak bunda…” Cerita si kecil semangat sambil mencium kembali tangan bekas keteknya.
Mbak Idha. “ @#%$$%^&^* ” dan menatap Ahmed dengan jengkel.
Ahmed hanya bisa cengengesan dan mengangkat tangan.



Pesan Moral :
Tak perlu merogoh gocek lebih dalam kalau sekedar ingin mendapatkan aroma keju pada masakan atau makanan anda, karena sesungguhnya dalam diri anda telah Allah mengaruniakan aroma keju yang sesungguhnya.
Ketek aroma keju,…mmm…..mmm…….nyumiiiiii…=P
khwueiik….

10. Nasi goreng Peyak (benyek)

Mengamati kondisi rumah yang sepi, karena bunda dan babah masih belum balik dari jalan-jalan paginya, Aa’ dan Ahmed yang masih tertidur pulas, sementara Rhe yang masih di kamar mandi dan Neny yang sibuk mencuci, plus ade Ocit yang masih ngambek. Sempurna sudah rasa kesepian yang ku alami.
Selesai beres-beres dan bersih-bersih rumah dengan inisiatif cerdas, aku bermaksud untuk membahagiakan hati orang-orang yang kucintai dengan membuat suprice masakan special ala cooky Wiya.
“ Pulang jalan-jalan, ibu sama babah pasti lapar, begitu juga dengan Aa’, ade Ahmed, Rhe, Neny, ade Ocit juga pasti gak ngambek lagi. “aku mesem-mesem sendiri membayangkan mereka yang tengah lahap menikmati masakan buatanku.
“ Yup..!!! Masak dimulai “ aku menyemangati diri sendiri dan berjalan menuju ke dapur luar dengan semangat perjuangan 45.
Semua bumbu dan bahan yang di butuhkan telah kusiapkan, sambil bersenandung kecil akupun mulai megiris cabe, kol, tomat, sawi dan bawang. Meski air mataku berderai keluar menahan perih karena mengiris bawang merah aku tetap melanjutkan misi surprice kali ini. Sementara telur yang kubutuhkan masih berada dalam eraman indungnya, dengan hati-hati dan mengumpulkan segenap keberanian, kulapisi tanganku dengan lilitan kain yang cukup tebal untuk menghindari patukan sang induk yang merasa terganggu, dan akhirnya aku berhasil mengambil dua biji telur ayam dari eraman indungnya.
“ Soryy ya Yam,.. aku telah merampas hak hidup anak-anakmu…” aku mencoba meminta maaf pada induk Ayam yang masih berkokok keras, protes tidak terima karena telah di dzalimi sang tuan rumah.
Malang nian,..=( ketika semua telah siap untuk di goreng. Tiba-tiba tungku yang akan ku kenakan pecah mungkin karena sudah terlalu lama terpakai, untuk mendapaatkan hasil yang maksimal, akupun bela-belain untuk memperbaikinya dengan resiko tangan akan kotor dan cemong. Setelah semuanya ku kira beres, ketika akan mulai menyalakan kayu yang telah ku susun rapi dalam tunggku, ternyata kayu-kayu itu tak mau menyala. Ya iyalah,.. kayunya kan basah semua.
“ Ufkh…!!!” aku mendesah sambil berkacak pinggang, entah karena lelah ataupun sedang berusaha mencari solusi terbaik untuk segera menyalakan tungku itu.
Kuusap tetesan peluh yang mengalir di dahi cepat, ketika ide itu muncul. Dengan gerak cepat aku melangkah mengambil beberapa serabut kelapa yang biasa di simpan bunda di belakang untuk menyalakan tungku pecah itu. Begitu serabut kelapa itu tersentuh korek api, dengan cepet api itu terus menjalari tiap helai serabut yang kering, hingga perlahan api mulai terlihat meski masih kecil. Sedikit lega dan langsung menaikkan kuali tanggung yang biasa kugunakan untuk menggoreng.
Satu-demi satu semua bumbu telah kumasukkan, dan tiba-tiba di tengah kesibukanku menggoreng nasi.
Api padam…
Aku panik,..
Karena jikalau kutinggalkan kuali dalam kondisi terbuka seperti itu dan masuk mengambil serabut kelapa lagi, takutnya nanti ayam-ayam yang tak bertanggung jawab itu akan mendahuluiku, dan mengobrak-abrik nasi gorengku dengan cekernya.
Melihat peluang serabut yang masih di dalam tunggu bisa menyala, akhirnya aku meniup tungku itu dengan sekuat tenaga, hingga debu-debu abu gosok itu bertebangan mengenai jilbab kaos dan mulutku. Aku pun sampai terbatuk-batuk di buatnya. Asap yang mengepul membuat mataku begitu perih dan berair. Karena sudah tanggung dan hampir mateng, aku berusaha membuat api tetap bertahan untuk menyala sebisa yang aku punya hingga nasi gorengku betul-betul mateng.
Rasa puas itu jelas sekali aku rasakan tatkala melihat nasi goreng itu benar-benar mateng dan siap saji. Dan aku membayangkan kalau aku akan lebih puas lagi ketika melihat betapa lahapnya suapan penghuni Rumah Cinta yang menikmati hidangan istimewaku pagi ini.

@RMH CNT@

“Badan amiss,.. sudah biasa,.. bau asap tak apa-apa…”
Senandungku sembari menyiapkan menu pagi ke atas piring-piring bersih yang telah ku sediakan sebelumnya. Begitu semua telah siap, aku segera memanggil semua penghuni rumah Cinta yang masih sibuk dengan kegiatannya.
“ Rhe,…Nen,.. Ahmed… ayo sarapan..!!! “ teriakku sambil membawa nampan berisi piring-piring yang sudah terisi nasi goreng.
Lalu aku pun beranjak ke kamar si Aa’ mencoba untuk membangunkannya.
“ Aa’…Aa’…mau sarapan gak..? ade buatin nasi goreng tuh,.! “.
begitu mendengar nasi goreng, si Aa’ langsung bangkit dari pembaringannya, tanpa ba-bi-bu Aa’ langsung menyantap nasi goreng itu dengan ganasnya, karena sedang memasak air, aku keluar untuk melihat kondisi api dalam tungku, ternyata sejak tadi hanya ada asap saja yang mengepul dari dalam tungku, karena ingin sekali meminum susu hangat, aku berusaha untuk menyalakan api itu kembali meski mata masih terasa perih bukan main karena asap-asap kotor itu berebut membelai bola mataku.
Tiba-tiba…
Beberapa penghuni rumah cinta yang tadinya tengah makan di dalam, keluar, diantaranya Ahmed dan Aa’ Ngiler, sambil menenteng piring mereka yang masih terisi nasi goring special buatanku itu.
“ Apaaa… ini nasi goreng kok begini rasanya…” Gerutu Ahmed.
Aku yang masih mengusap mata yang perih terkena asap kayu basah itu bertanya.
“ memangnya kenapa dek..?”
Ahmed tak menjawab, ia hanya melepaskan dan meletakkan piring nasinya begitu saja dan berlalu.
“ Yus (Kurus)…mau bunuh kita ya.?! Kasi nasi goreng basi.” Aa’ Ngiler juga melakukan hal yang sama dengan Ahmed.
“ Katanya nasi goreng special,.. mana?! Adanya malah nasi goreng peyak (benyek). Fuikh…weikk,..” Ahmed pura-pura mual.
" NASGORYAK,...nasi goreng peyak,...nasi goreng peyak..geratis,..ayo..ayo siapa yang mau mual.." ahmed melanjutkan aksi penghinaannya.
“ Udah makanan begituan pantesnya buat ayam aja, bukan buat kita.” Sambung Aa’.
Satu-persatu penghuni rumah Cinta meletakkan piring mereka, tanpa ada bekas kalau mereka telah menyentuhnya sama sekali.
Telingaku terasa panas mendengarnya, dadaku terasa sesak dibuatnya, kaki dan tanganku gemetar karenanya. Dan tak terasa sesuatu yang hangat membasahi kedua pipiku.
Aku menangis…
“Mereka tak pernah tahu…” aku mencoba menenangkan perasaan dengan melihat luasnya langit biru, berharap hatiku pun akan seluas itu menerima sumua yang telah kulihat dan kudengar pagi ini.
Mataku masih sembab ketika Aa’ datang dan meledekku.
“ Yeee,.. nangis…”
Karena tak tahan dengan semuanya, dengan semua yang membuat ku kecewa dan terluka, akhirnya akupun meninggalkan tungku yang masih berasap itu berlalu begitu saja.
Di dalam kamar aku menangis sejadi-jadinya dalam bantalnya agar tak terdengar oleh siapapun diluar.
Bukannya aku kecewa karena makanannya tak di sukai, tetapi aku bersedih karena tak satupun dari mereka yang bisa menghargai usahaku untuk membuat mereka bahagia. Paling tidak mereka bisa menghargai jerih payah dan perjuanganku hingga nasi goreng itupun akkhirnya bisa matang.
Di tengah kegalauan hati dan kebencianku, aku berjanji pada diri sendiri untuk tidak pernah membuat nasi goreng lagi.
Sungguh rasa hina dan tak dihargai itu sangat sakit sekali…
Disaat aku tengah berusaha untuk menentramkan hati dan perasaanku, dari luar terdengar Aa’ dan Ahmed berteriak saling sambut dengan kalimat yang membuat hati dan kupingku semakin memanas.
“ Nasi… Goreng peyaaaak,…”
“ Nasi,… Goreng Peyaaak.. harga promosiiii…”
“ Ha…ha…ha…”
“ Semoga Allah mengampuni kalian…” Kutukku pada mereka.

@RMH CNT@

Pesan Moral :
Jikalau ada seseorang yang menghinakan dan mengolok-olok masakan anda, maka menaruhkannya racun tenggorokan sebagai bumbu penyedap merupakan alternatif terbaik untuk anda, agar ia tidak akan pernah bisa lagi menghinakan maskan anda, di sebabkan karena ia telah berubah menjadi bisu. Maka segeralah bertaubat dan mohon ampunan pada_Nya. Agar anda terhindar dari olok-olokan orang yang bisu….

9. SEKOLAH IMPIAN

Musim sekolah baru, baru aja dimulai. Artinya banyak dari para pelajar sedang berlomba-lomba mencari sekolah-sekolah pavorite tempat mereka menuntut ilmu. Sebenarnya dimanapun kita bersekolah sama saja. Toh tetep jadi murid yang setiap pagi harus datang tepat waktu dengan mengenakan seragam yang telah di tentukan, yang setiap senin harus mengikuti upacara bendera, ” Hormat graaaaaaaaaaaaaaaaaaaak.......!!!!!” yang ini sih suara nyelengking the Neny sedang latihan jadi tiang bendera.
Menjadi murid yang harus belajar dan mengerjakan pE-eR dari para ibu bapak guru, dan,.. Bla,..bla,..bla,.. dan masih banyak lagi tugas-tugas berat yang harus dijalani seorang murid.
Makanya tidak salah pernyataan yang mengatakan kalau pelajar itu di golongkan dalam kelompok fisabilillah. Mereka benar-benar seorang pejuang sejati.
Kebetulan dirumah cinta, cuma ada satu makhluk yang akan mengenyam kakunya dunia pendidikan. Siapa lagi kalau bukan the Neny sahabat si suster ngesot.
Setelah menjalani musyawarah keluarga yang begitu panjang dan alot. Akhirnya hakim ketua memutuskan, kalau The Neny disekolahkan di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) saja.
Tok…tok…tok…
Begitu suara ketokan palunya hakim ketua, dodol…!!!
Artinya The Neny syah di masukkan ke MAN.
Semua syarat pendaftaran telah dilengkapi, di Bantu Aa’ Ngiler, Neny berangkat menuju sekolah barunya untuk registrasi. Dengan perasaan yang berbunga bangkai, Neny memeluk map yang berisi jenazahnya,..ups,.. ijazahnya. Berbekal do’a dan restu abah dan bunda, The Neny berangkat.
“ Semoga lulus tes masuk ya dek,..!!” suara Rhe serak menahan haru.
Aku membantu Rhe menyeka air mata yang mulai beranak-pinak.
Neny hampir saja tidak jadi berangkat untuk mengikuti tes masuk di sekolah setempat, ia tidak tega melihat kakaknya yang sensi itu menangisi kepergiannya.
“ Sudah,.. MAN kan dekat. Gak lebih dari dua kilo meter, gak usah terlalu di dramatisir kale. Pake acara nangis Bombay,..” aku menarik lengan Rhe yang tidak mau melepaskan kepergian Neny.
Dengan mata yang berdarah-darah, akhirnya Rhe rela melepaskan kepergian Neny untuk mengikuti tes ujian masuk.
“lebay...” Runtuk Aa’ kesal karena lelah menunggu. Dan langsung tancap gas begitu mengetahui Neny sudah di boncengannya . akupun sebenarnya menahan perih pda kelopak mataku, entah mengapa air matakupun meleleh tak tertahankan. Kepulan debu halaman yang tak pernah meneguk air membuatku menangis.
Kelilipan.

@RMH CNT@
Pipi montok Neny merona-rona seperti badut, entah karena gembira ataukah karena kelelahan, pasalnya hari ini adalah pengumuman lolosnya seleksi masuk di sekolah Negri itu. Sudah bisa di tebak dengan cepat.
“ Pasti kamu lulus, ya kan dek,..?” Ahmed menghadang adiknya tepat di depan pintu masuk ruang keluarga.
Neny mengelap keringatnya yang sudah mengering. Dan berlalu masuk tak menghiraukan pertanyaan kakaknya. Ahmed yang merasa di cuekin, jengkel. Ditariknya lengan Neny yang beberapa langkah telah melewatinya.
“ Auwww,..!!!” Teriak Neny kesakitan.
“ Apaan sih…” Teriaknya lagi.
“ Denger gak pertanyaan aku tadi.?” Ahmed makin jengkel.
“ Apa,..” Neny mengerutkan kedua alisnya dan melotot, ikut marah.
“ Lulus seleksi gak,..?” teriak Ahmed tepat di telinga Neny.
Telinga Neny langsung berdenying, ia tak mendengar apa-apa.
Hening.
Neny menangis.
Mendengar tangisan Neny yang tidak bisa pelan, sebagian penghuni Rumah cinta yang sedang asyik dengan aktivitas masing-masing segera berhamburan menuju sumber suara.
Ahmed yang telah membuat adiknya menangis terlihat gugup, kini ia merasa serba salah.
“ kenapa ini.?” Tanya abah yang merasa terganggu dengan ulah mereka.
Neny masih menangis tidak peduli dengan lingkungan sekitar yang terkena polusi suara tangisnya.
“ Ini, baru pulang sekolah tiba-tiba nangis.” Ahmed lempar batu sembunyi langsung.
“ Eh, bukannya hari ini pengumuman lolos tidaknya jadi murid baru di Aliah Negeri Selong bukan,.?” Aku yang keluar sambil membawa sisa cokelat yang kumakan berkomentar.
Rhe langsung memeluk adik perempuannya, meski tak sampai. Maklum tubuh Rhe kan lebih kecil dari pada Neny.
“ Sudah,.. kamu yang sabar ya. Tidak semua keinginan kita akan di kabulkan oleh Allah. Mungkin Allah telah mempersiapkan sekolah yang lebih baik untukmu.” Nasehat Rhe sok bijak sembari mengelus punggung Neny.
Tangis Neny semakin menjadi, air mata dan ingus yang meleleh di usapnya pada pundak Rhe.
“ Kalau kamu tidak lulus di sekolah Negeri, berarti peluang kamu untuk sekolah diluar negeri itu semakin besar dik.” Sambungku membesarkan hati si adik.
“ Iya.” Sambut Rhe.
Neny melepaskan pelukannya. Dan melihat satu-persatu wajah saudaranya.
“ Maksudnya, kamu masih bisa sekolah di sekolah swasta. Sekolah swasta kan sekolah luar Negri.” Aa’ yang sejak tadi hanya diam mendengarkan, kini angkat bicara.
“ Iya.” Sambut Rhe sekali lagi.
“ Iya,..iya,..mulu nih si kecil dari tadi.” aku mendorong pundak Rhe, jengkel.
“ Iya,..ya..” Rhe heran dengan dirinya.
“ Sudah..sudah..” potong Neny.
“ Aku tadi bukan nangis gara-gara itu.” Neny terlihat jengkel.
“ Terus,..” semua kompakan bertanya.
“ Tapi gara-gara itu tuh, si Ahmed yang teriak kenceng di telingaku.” Neny menangis lagi ketika mengingat kejadian tadi. Sepertinya dia trauma.
“ Tapi kamu lulus kan.?” Tanya Aa’.
Dalam tangisnya Neny hanya menjawab dengan anggukan yang kuat.
Ahmed langsung ngibrit, kabur, melarikan diri. Takut di keroyok sodaranya karena telah ngibulin mereka semua. Abah hanya bisa geleng-geleng melihat tingkah buah hatinya.

@ RMH CNT @

“ Woro…Woro-tita…!!! “ Teriak Ahmed lantang, memecah keheningan pagi hingga membuat semua perhatian penghuni rumah cinta tertuju padanya. Aa’ ngiler yang tengah membersihkan sepeda motornya segera berlari ke sumber suara. Wiya dan Rhe yang asik di kamar terpaksa keluar, karena penasaran dengan apa yang tengah terjadi. Neny yang masih sikat gigi sehabis sarapan ikut berlari menemui sodaranya yang sedang berkumpul, untung saja ia masih ingat untuk membawa giginya. Sementara ade Ocit yang baru saja hendak jongkok di atas toilet terpaksa harus menahan pup-nya demi mendengarkan pengumuman yang akan di sampaikan abangnya.
“ Kepada semua rakyatku di kerajaan Cinta ini, harap mendengarkan pesan dan titah dari Raja…” Ahmed sok gaya.
“ Aaah,.. udah deh. Kelamaan. Ade Ocit keburu pup di tempat ne..! “ semprot Neny yang tidak tahan terus-menerus mencium gas beracun yang di tebarkan ade Ocit secara tidak bertanggung jawab.
“ Iya nih. Apaan sih? “ Rhe mulai penasaran.
“ Alah,.. kebanyakan gaya nih anak.! “ Aa’ marah-marah.
“ Iya nih.. paling dia lagi kumat. Atau kalau nggak pasti salah minum obat “aku juga ikut jengkel. “ Udah deh tinggalin aja. Orang carper begitu diladeni..!” bentakku pada yang lain.
“ Tenang…!!! Tenang…!!! Semua di harapkan tenang, dan tetap pada posisi semula…” Ahmed mulai lagi.
“ Woro tita kali ini hanya untuk menyampaikan bahwa, salah satu dari penghuni rumah cinta di naikkan jabatannya,…” Ahmed menggantungkan kalimatnya, sambil mesem-mesem sendiri melihat perubahan raut wajah penghuni Rumah Cinta yang kebingungan.
“ Apa itu,.. a..yo.. ce..pe..tan..!!!” Suara ade Ocit sembari menahan rasa sesuatu yang ingin keluar sejak tadi, dan diamini yang lain.
“ Kita berikan ucapan Selamaaaaaaaaaaaaat.. pada Aa’ kita,… karena mulai hari ini beliau resmi terangkat sebagai ojek pribadi, yang selalu siap sedia mengantar dan menjemput adik-adiknya sekolah.” Ahmed tersenyum bangga.
“ Sialan..” Aa’ marah-marah.
Ketika yang lain sudah siap untuk mengucapkan selamat, Aa’ berlalu begitu saja membawa amarahnya. Semua terbengong-bengong. Sampai-sampai, Neny tidak menyadari kalau ia memasukkan sikat gigi yang sedari tadi terus dipeganginya ke dalam mulut doernya.
Begitu worotita selesai di bacakan, semua bubar.
“ Mau diantar sekolah tidak? “ bentak aa’ pada Neny yang dilihat masih menenteng sikat gigi. “ Kalau iya, cepet siap-siap. Kalau tidak, Aa’ tinggalin ne.” Ancem Aa’ serius. Membuat Neny langsung ciut.. Ade Ocit yang mendengar segera ikut mempersiapkan diri sebelum kena semprot. Dan beberapa menit kemudian, Neny dan ade Ocit telah keluar dengan dandanan yang Necis ( Nenek Cishir, hi…hi..hi..hi…)

@RMH CNT@
Hingga kini waktupun masih berputar pada sumbunya.
Dan telah lewat beberapa bulan, Aa’ menjalani kesibuka paginya sebagai ojek pribadi. Ia betul-betul pekerja yang ulet dan cacingan. He..he.. maksyudnya tekun dan ulet.
Ketika pagi terselimuti kabut
, Dengan keikhlasan hati dan ketulusan jiwa
Tubuh ringkih nan kuyu itupun tak pernah enggan
Keluar menerjang, membelah dinginnya jalan yang beku meregang
Menyibak tabir dan selimut tebal penghangat mimpi
Menggantinya dengan jaket dekil, lusuh yang nyaris tak berwarna lagi
Demi rutinitas pagi, yang mengantarkan adinda yang ia cintai
Hingga kedepan pintu gerbang kemerdekaan negara Indonesia yang bersatu berdaulat adil dan makmur,…

Eit,..eit… ini mau puisi ataw baca undang-undang sih..???!
What ever-lah, yang jelas, buat Aa’… jasamu tiada tara….(oiy..!!!bacanya sambil Nyanyi .!)
Setelah satu bulan berwara-wiri melewati jalan yang sama, ada sesuatu yang menjanggal dalam benak si kecil Ocit, yang sangat ingin ia tanyakan pada Aa’. Dan akhirnya setelah mengumpul keberanian yang ia rasa cukup untuk itu, ia pun bertanya ketika melintasi tempat itu kembali.
Di bacanya sekali lagi dengan sedikit lantang tulisan yang tercetak tebal dengan huruf kapital yang terpajang tepat di depan tembok luar gedung sekolah itu.
“ SLB NEGERI SELONG “
“ Kak. SLB itu apaan sih? “ dengan suara cadelnya dan wajah yang di pajang sepolos mungkin, ade Ocit bertanya.
Aa’ tak langsung menanggapi. Ia masih sibuk dan berkonsentari dengan motornya.
Merasa tak diperhatikan, ade Ocit mengulangi pertanyaan yang sama.
“ Ooo… itu. SLB itu singkatan dari Sekolah Luar Biasa. “ Jawab Aa’ sekenanya.
“ jadi yang sekolah disitu hanya orang-orang hebat dan yang luar biasa saja yang di terima.” Sambung Aa’ menjawab rasa penasaran adik kecilnya. Ade Ocit hanya manggut-manggut, entah mengerti atau tidak, dengan apa yang diucapkan kakaknya itu.
“ Kalau kamu mau sekolah di sana, kakak bisa usahakan. “ Aa’ memecah keheningan yang terjadi.
“ Emang bisa? “ kejar ade Ocit masih penasaran.
Aa’ mengangguk mantap. Membuat Ocit begitu yakin.
Ia sudah membayangkan betapa bangganya ia nanti, jika bisa masuk di sekolah yang luar biasa. Dan hal itu telah ia pegang kuat dalam hati, kalau kelak ia akan umumkan pada teman-temannya, jikalau lulus Es-De nanti ia akan melanjutkan sekolahnya ke SLB. Ocit senyum-senyum sendiri membayangkan dirinya tengah menuntut ilmu di tempat yanag sering ia lewati setiap ia diantar sekolah. Dan ia pun berjanji pada dirinya sendiri untuk belajar dengan tekun sebelum semua kakak-kakaknya memintanya dan iapun akan meminta pada Abah, agar beliau mau menyekolahkannya di tempat yang luar biasa itu.
Sesampainya di sekolah, ade Ocit dengan semangat 45 menceritakan tentang sekolah luar biasa yang baru pertama kali ini didengarnya. Dan teman-temannya yang nota bene juga sama seperti dia yang pertama kali mendengar nama sekolah tersebut ikut terheran-heran dengan cerita si cadel yang lebay (berlebihan). Melihat reaksi teman-temannya, tak urung si cadel itu menambahi bumbu dalam ceritanya, agar terdengar lebih gurih.

@RMH CNT@
Senangnya hatiku, turun semua cacingku, la..la..la..la..la..
Sepulangnya sekolah, di sepanjang perjalannya ade Ocit berdendang dengan riang, karena ia berencana kalau hari ini ia sendiri yang akan langsung meminta pada pada abah, kemana ia hendak akan melanjutkan studynya selepas Sekolah Dasar nanti. Ia teringat bunyi wejangan abah ketika kakaknya (Neny) dimintai pendapat hendak sekolah dimana.
Bunyinya tidak jauh seperti ini.
“ Nak, sekarang kamu sudah besar dan tentu kamu telah bisa memilih sekolah mana yang kamu rasa cocok dan layak untukmu dan yang benar-benar kamu inginkan.”
Sebagai anak paling bongsor, tentu ia tidak ingin di katakan anak kecil, meskipun kenyataannya dari segi dan sudut manapun ia tetap tergolong anak kecil yang mulai menua. Begitu sampai dirumah, si kecil langsung meraih tangan ummi dan abah untuk salaman. Tak mau berlama-lama, ade Ocit langsung to the poin pada masalah yang tengah di hadapinya. Tanpa menggunakan kata pengantar terlebih dahulu, ade langsung menanyakan kegalauan hatinya.
“ Bah,. Kalau Ocit lulus sekolah nanti, Ocit boleh memilih sendiri sekolah lanjutannya kan.? “ Tanyanya antusias.
Abah tak bereaksi apapun, masih sibuk membaca literatur kitab-kitab gundulnya.
Ade Ocit sedikit kecewa, iapun mendesah.
Ibu yang langsung mengerti dan menyadari, mencoba menenangkan.
“ untuk masalah sekolah lanjutan, itu gampang nak. Yang penting sekarang, kamu rajin-rajin belajar, supaya pintar dan lulus. Ya! “ ibu mengusap kepala putra bungsunya lembut.
Meski kecewa, Ocit hanya bisa nurut saya.
“ Nasib jadi anak kecil..” gerutunya pelan, dan beranjak meninggalkan ibu dan abah yang masih di perpustakaan seraya menghentakkan sebelah kakinya.
Bunda hanya bisa tersenyum, melihatnya.
Suasana di rumah Cinta masih sepi, tak ada keributan. Karena Aa’ ngiler sedang tertidur. Sepertinya ia kecapaian, sementara Neny belum pulang sekolah, aku sibuk dengan karya-karya tulis yang akan kuciptakan di dalam kamar. Kalau Ahmed dan Rhe entah kemana, disembunyikan ama anak jin kali. Iiiih,..serem….!!!.
Tak menemukan seorangpun untuk di ajak diskusi, akhirnya ade Ocit memberanikan diri untuk menggangguku yang tengah asyik bergelut dengan kertas dan polpen.
“ Nulis apa kak..?” Basa-basi yang kelewat basi.
“ makan..” jawabku singkat.
“ Bukannya kakak lagi nulis..?” Ocit bingung, ia mungkin berfikir kalau aku akan memakan kertas-kertas yang berserakan di kamarku itu.
“ Emang, kamu lihat kakak lagi ngapain?. Keluar gi! Jangan ganggu…” Usirku tak berperi ke-Ade-an.
Ocit cemberut, tetapi demi masalah yang tengah membuncah di dadanya, ia tetap bertahan dalam ruang persegi empat itu.
Aku masih acuh, tak peduli. Tetap menulis.
“ Mbak.. nanyak boleh?”
“ Apa!”
“ Yes” Ocit senang.
“ eS-eL-Be itu apaan sih..?”
Sudah bisa kalian tebak, tentu jawabanku tak jauh beda dengan kakakku yang super jail itu.
“ Sekolah Luar Biasa.” Jawabku singkat.
“ Kenapa.? “ aku bertanya dengan mata yang masih fokus pada lembar kertas.
“ Di sana yang sekolah siapa aja? “
“ Ya,.. tentunya orang-orang yang tidak biasa, artinya yang luar dari biasa “ tetep acuh.
“ Maksudnya hanya orang-orang yang pintar ya,..? “ dengan tampang yang dodoooool …..banget.
“ Hmm..hmm…” aku hanya mengangguk.
“ Makasi ya kak…” suara ade Ocit berlalu begitu saja dari telingaku.
Masih belum puas dan yakin dengan jawaban yang ku berikan , ade Ocit bertekad untuk mencari info yang lebih akurat lagi dengan sekolah impiannya.

@RMH CNT@
Hari ahad pagi, menjadi hari pavorit buat mas ojek pribadi. Itu semua karena pelanggan setia pada libur sekolahnya.
“ To day is NGOROK DAY….!!! “ teriakanku mengganggu ketenangan Aa’ di pulau kapuk (kasur).
Aa’ yang setengah kesadarannya telah tertelan jauh ke dasar bumi, tak kan pernah bisa terusik dengan suara apapun.
Sementara ade Ocit yang sejak pagi tadi sudah bersiap-siap untuk menggali info tentang sekolah impiannya mondar-mandir tak karuan. Aku yang melihatnya jadi geregetan. Melihat kakaknya melotot, ade Ocit langsung ngibrit keluar.
Begitu sampai di luar, ia langsung bergabung dengan anak tetangga yang tengah asyik bermain kelereng.
Mendengar suara anak-anak yang tengah bermain di depan rumahnya, sang pemilik rumah yang biasa di panggil Mak Cik oleh para tetangga keluar sekedar ingin memeriksa keadaan.
Sepertinya ade Ocit kalah main, sehingga ia harus terpaksa duduk menunggu gilirannya kembali.
“ Kalah Cit..? “ tanya Mak Cik, menyapa Ocit yang bengong.
Ade Ocit hanya menjawabnya dengan anggukan.
Mengingat kalau Mak Cik itu adalah seorang guru eS-De, Ocit langsung punya ide untuk menanyakan kegalauan hatinya.
“ Mak.. SLB itu apaan sih..?” tanyanya to the poin, membuat si mamak sedikit ragu untuk menjawabnya. Mengingat tugasnya sebagai guru yang harus menjawab rasa ingin tahu seorang murid, akhirnya Mak Cik pun menjawabnya.
Ade Ocit sedikit sedih mendengar jawaban Mak Cik yang masih sama seperti kakak-kakaknya. Ia berfikir bagaimana cara mendapatkan info yang lebih.
“ Yang sekolah disana pasti orang-orang pintar ya Mak?”
“ Ada yang pintar, ada juga yang bodoh. Sama seperti sekolah lain. Memangnya kenapa Cit ?”
“ Aa’ bilang, kalau besok selulus Ocit dari eS-De akan di sekolahkan disitu.”
Mendengar jawaban polos dan dodolnya Ocit, kontan membuat Mak Cik tertawa. Tubuh gembulnya bergoncang keras.
Ade Ocit kebingungan.
Bengong. Menunggu Mak Cik berhenti tertawa.
“ Ocit..Ocit… kamu yakin sekolah di sana ?” sambung si mamak sambil menahan tawa.
Ade Ocit tak menjawab.
“ Cit. yang sekolah disana hanya orang cacat, orang yang tidak bisa mendengar, melihat dan orang-orang yang cacat mental alias idiot.” Terang Mak panjang lebar.
Seketika muka ade Ocit berubah pias, merah ,eh,..nggak ding, berubah gelap karena kulitnya kan item angus. Ia kecewa. Ia langsung berlari meninggalkan mamak yang masih menertawakannya.
Di dalam rumah, ade langsung menemuiku yang baru selesai menyapu. Ade Ocit langsung protes habis-habisan meluapkan rasa malunya.
“ ?!?!!@#$%&*? ” aku bengong tak mengerti maksud perkaktaan ade Ocit yang cadel dan gak jelas. Melitah kebingunganku ade Ocit menjelaskan kalau sebenarnya ia begitu berambisi untuk sekolah disana, kontan saja aku langsung melepaskan tawa tanpa pernah diminta.
Karena malu ade Ocit menangis.
Aku masih geli.


Pesan Moral :
Untuk anda yang merasa menjadi orang yang luar biasa, maka yakinlah kalau Sekolah Luar Biasa menjadi pilihan yang tepat untuk melanjutkan jenjang pendidikan anda. Dan andapun akan menjadi lulusan terbaik dan Luar Biasa di almamater anda. Selamaat…selamaaat… =)

8. KOLOR IJO

Setelah hujan seharian mengguyur bumi pertiwi Lombok Timur, tanaman terlihat semakin subur, tanah-tanah makin menggembur, bumi menjadi makmur, kok sore-sore gini ibu malah buat bubur.
“ Bu,.. ini sepertinya kurang gula. Asin.. ” celoteh ade ocit yang baru mencicipi sesendok bubur kacang ijo yang di buat bunda.
“ Nggak kok. Manis,..Cuma,…..” Ahmed menggantungkan kalimatnya.
Neni yang baru hendak menyuap buburnya ngerem mendadak, Rhe yang baru mulai membaca doa makan diam sejenak takut melanjutkan, Wiya dan Aa’ yang baru mengipas-ngipas mangkoknya supaya cepat dingin menahan kipasannya, abah pun yang baru mulai menyendok buburnya segera mengurungkan hanya ingin mendengar komentar bagaimana rasa bubur special yang dibuat istri tercinta. Bunda harap-harap cemas.
Semua terdiam dan tersihir oleh kalimat yang digantung Ahmed. Semua menunggu kelanjutannya.
“ Cuma,.. kurang,..mm,..mm,.. kurang kecap..!” suaranya mantap.
Wu…wu…wu…emang gak pake kecap dodol..!!!
Semua meneriaki Ahmed untung saja dia tidak dilempari mangkok berisi bubur itu.
“ Sialan…Bodrex…!!!” ucap Aa’ jengkel.
Baru saja mereka akan menyuap buburnya serempak. Wiyapun angkat suara.
“ Yang bener, bubur ini kurang,..” Wiya terlihat sibuk mengamati rasa bubur yang tengah dikunyahnya. Dan yang lain sepertinya percaya, karena semua penghuni Rumah cinta tahu kalau selama ini Wiyalah yang paling rajin Bantu bunda di dapur. Paling tidak ia sudah mengenal perbedaan rasa dengan baik.
“ Kurang apa Wy,..?” Tanya ibu antusias.
Seraya tersenyum, Wiya menjawab. “ Kurang,.. banyak,..he..he…”
“ Bodrex,..uyus…” emosi Aa’ meledak.
Untuk kedua kalinya mereka tertipu oleh kekonyolan saudara mereka sendiri. Kini mereka tak mau mendengar satupun dari penghuni rumah cinta untuk komentar. Bubur kacang ijo yang sejak tadi belum disuap, mulai mendingin. Tanpa dikomando sekalipun semua langsung melahap burjo special buatan bunda yang dimasak dengan penuh cinta yang kelezatannya tak tertandingi oleh koki manapun. Dalam tanda kutip “ Pada saat itu.”
Wajah bunda terlihat sumringah melihat dan menyaksikan orang-orang yang dicintainya melahap hidangannya.
“ Cit..!!!” panggil Aa’
ade Ocit yang tengah nikmat melahap bubur kacang ijonya langsung muncrat.
“ Apa beda kacang ijo sama kolor ijo…?” Aa’ ngajak main tebak-tebakan, sekedar menghangatkan suasana kembali.
Sepertinya ade Ocit termakan pancingan yang dilempar Aa’. Dilepaskanya sendok yang hendak mengangkat kuah burjo itu untuk memikirkan jawaban atas tebakan yang dilontarkan Aa’ tadi. Diam-diam ternyata yang lain juga ikut berfikir. Karena merasa tertantang dengan jawaban yang akan keluar. Semua melepaskan sendoknya, menunda suapannya sejenak. Berbeda dengan Ahmed dan Aa’ yang bertanya, ia terus saja melanjutkan suapannya hingga yang terakhir.
“ Ngalah kan,..?!! yang bener itu. Kalau kacang ijo bisa dibungkus pake kolor ijo. Nah kolor ijo gak bisa dibungkus pake kacang ijo.” jawab Aa’ bangga, melihat yang lain kebingungan.
“ Nah sekarang apa persamaan kolor ijo dan kacang ijo…?” sambung Ahmed gak mau kalah.
“ Sama-sama ijo.” Jawab Wiya lantang dan merasa benar.
Ahmed menggeleng tidak setuju sambil menyuap isi mangkuk berikutnya.
Setelah habis dan merasa telah kenyang. Ahmed menjawab rasa penasaran saudara-saudaranya.
“ Sama-sama bisa dijual. Kolor ijo dijual, bisa beli kacang ijo. Kacang ijo di jual, bisa beli kolor ijo.
Seperti biasa. Pada akhir cerita Ahmed selalu di soraki saudaranya. Dan ia hanya bisa tersenyum puas mendengarnya.
Saking khusyuknya berfikir dan asyik main tebak-tebakan, mereka tak menyadari sama sekali kalau isi mangkok mereka telah lenyap di mangsa oleh dua pemuda kanibal yang tidak bertanggung jawab.
Sekali lagi mereka kompak teriak sekencang-kencangnya, karena Ahmed dan Aa’ telah kabur melarikan diri. Lari dari tanggung jawabnya yang telah menghabiskan mangkuk-mangkuk bubur kacang ijo mereka. Abah dan ibu tidak bisa berkata apa-apa, beliau hanya tersenyum melihat semuanya begitu konyol.
@RMH CNT@
Gendang-gendut tali kecapi
Kenyang perut senanglah hati
Pantun di atas tepat sekali untuk menggambarkan keadaan saat ini di Rumah cinta. Karena setelah melahap bubur kacang ijo buatan bunda, kini mereka yang bersetatus sebagai anak, tengah berkumpul di depan pesawat televisi, tidak ada acara rebut-rebutan remot lusuh. Karena remot itu telah menghembuskan nafas terakhirnya ketika dua ponakan itu datang. Mereka adalah ponakan-ponakan berdarah dingin karena abis keujanan, yang dengan sadis membantai remot lusuh kesayangan tante Neninya, hingga membuat Neni bersedih dan masih berkabung sampai sekarang. Beruntung ia tidak prustasi dan tidak nekat untuk mengakhiri nyawanya menyusul remot lusuh tersayang.
Ada hal yang positif dapat dilihat dari wafatnya sang remot lusuh, yakni Neni dan ade Ocit yang tak lagi berantem, dan mereka semua kompakan menonton kartun Tom and Jeri. Gelak tawa bahagia menggema di Rumah Cinta. Saking capeknya tertawa, Aa’ ngiler sampe jungkir balik.
Tak ingin menghabiskan waktu hanya dengan tertawa. Aa’ ngiler langsung masuk kamar. Sepertinya ia tengah mengambil sesuatu. Terbukti dari gayanya saat keluar kamar yang memasukkan tangan dalam kantong celananya. Wiya yang melihat penasaran. Sifat selalu ingintahunya kumat. Serta merta dihadangnya Aa’ yang hendak keluar melalui pintu belakang.
“ Ayo…apa itu yang di sembunyikan..? serahkan..!! “ Wiya berlagak seperti penyamun manis.
Wajah Aa’ terlihat marah, karena langkahnya dihalangi.
“ uyus* minggir yo..!!! “ Bola mata Aa’ hampir saja jatuh melototi Wiya yang tak mau minggir sedikitpun.
“ Lihat dulu apa yang di kantong,..!!! “ Wiya tak mau menyerah.
Dengan jengkel Aa’ langsung mengeluarkan benda yang di sembunyikannya di balik kantong celana dan menempelkannya tepat di muka Wiya yang penuh dengan jerawat.
“ Nih,.. sekalian jadi obat jerawatmu..!!! “ Aa’ kesal sambil menggosok-gosokkannya diwajah adeknya itu sampai perih.
Wiya tak bisa bernafas dengan bau amis yang keluar dari benda yang di tempelkan Aa’ di mukanya itu.
“ Aaaaaaaaak…!!! Apaan sih ini, sumpah amis banget…huh..huh..huh…” Wiya berteriak dari balik benda yang berbentuk segi tiga berwarna hijau itu dengan nafas terengah-engah. Beruntung tidak pingsan.
Aa’ tertawa puas, di sambut dengan yang lain kebetulan melihat.
Perlahan Aa’ akhirnya membuka cadar hijau yang ditempelnya diwajah adiknya.
Setelah mengambil nafas normal. Wiya penasaran dengan cadar hijau yang dipakai Aa’ menutup mukanya tadi.
“ Cadar,.. kok amis..? “ Tanya Wiya sedikit mual.
“ Gak pernah di cuci satu minggu,..”
“ Coba lihat,..!!! “ Wiya masih penasaran.
Aa’ mengeluarkan kain segi tiga berwarna hijau itu sedikitdemi sedikit, agar Wiya makin penasaran. Wiya yang tak sabaran langsung menarik kain hijau itu dari kantong Aa’nya.
Begitu dibentagkannya kain itu, Wiya langsung berteriak sekencang-kencangnya.
Marah.
Tiba-tiba perutnya terasa mual, Aa’ langsung ngibrit entah kemana takut jikalau Wiya balas dendam dengan cara yang lebih sadis.
Di luar Wiya muntah-muntah, isi perut sejak seminggu yang lalu habis keluar dan tenaga yang di jatahkan untuk seminggu lagi pun habis terkuras untuk muntah.
Yang lain bukannya iba malah tertawa.
Kolor ijo alias celana dalam hijau, bau bacin yang tidak pernah di cebok satu minggu lebih itu pun segera di amankan agar tidak memakan korban lebih banyak lagi.

Pesan Moral :
Ternyata Celana dalam berwarna hijau ( Kolor Ijo ) yang tidak pernah dicebok seminggu tidak hanya berfungsi sebagai sarang burung, tetapi bisa juga digunakan sebagai pencuci perut. Kolor ijo tidak perlu sering-sering di cebok ( dicuci ) , karena meskipun jamuran gak akan kelihatan.keren kan? =)