RUMAH CINTA

Minggu, 25 Oktober 2009

9. SEKOLAH IMPIAN

Musim sekolah baru, baru aja dimulai. Artinya banyak dari para pelajar sedang berlomba-lomba mencari sekolah-sekolah pavorite tempat mereka menuntut ilmu. Sebenarnya dimanapun kita bersekolah sama saja. Toh tetep jadi murid yang setiap pagi harus datang tepat waktu dengan mengenakan seragam yang telah di tentukan, yang setiap senin harus mengikuti upacara bendera, ” Hormat graaaaaaaaaaaaaaaaaaaak.......!!!!!” yang ini sih suara nyelengking the Neny sedang latihan jadi tiang bendera.
Menjadi murid yang harus belajar dan mengerjakan pE-eR dari para ibu bapak guru, dan,.. Bla,..bla,..bla,.. dan masih banyak lagi tugas-tugas berat yang harus dijalani seorang murid.
Makanya tidak salah pernyataan yang mengatakan kalau pelajar itu di golongkan dalam kelompok fisabilillah. Mereka benar-benar seorang pejuang sejati.
Kebetulan dirumah cinta, cuma ada satu makhluk yang akan mengenyam kakunya dunia pendidikan. Siapa lagi kalau bukan the Neny sahabat si suster ngesot.
Setelah menjalani musyawarah keluarga yang begitu panjang dan alot. Akhirnya hakim ketua memutuskan, kalau The Neny disekolahkan di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) saja.
Tok…tok…tok…
Begitu suara ketokan palunya hakim ketua, dodol…!!!
Artinya The Neny syah di masukkan ke MAN.
Semua syarat pendaftaran telah dilengkapi, di Bantu Aa’ Ngiler, Neny berangkat menuju sekolah barunya untuk registrasi. Dengan perasaan yang berbunga bangkai, Neny memeluk map yang berisi jenazahnya,..ups,.. ijazahnya. Berbekal do’a dan restu abah dan bunda, The Neny berangkat.
“ Semoga lulus tes masuk ya dek,..!!” suara Rhe serak menahan haru.
Aku membantu Rhe menyeka air mata yang mulai beranak-pinak.
Neny hampir saja tidak jadi berangkat untuk mengikuti tes masuk di sekolah setempat, ia tidak tega melihat kakaknya yang sensi itu menangisi kepergiannya.
“ Sudah,.. MAN kan dekat. Gak lebih dari dua kilo meter, gak usah terlalu di dramatisir kale. Pake acara nangis Bombay,..” aku menarik lengan Rhe yang tidak mau melepaskan kepergian Neny.
Dengan mata yang berdarah-darah, akhirnya Rhe rela melepaskan kepergian Neny untuk mengikuti tes ujian masuk.
“lebay...” Runtuk Aa’ kesal karena lelah menunggu. Dan langsung tancap gas begitu mengetahui Neny sudah di boncengannya . akupun sebenarnya menahan perih pda kelopak mataku, entah mengapa air matakupun meleleh tak tertahankan. Kepulan debu halaman yang tak pernah meneguk air membuatku menangis.
Kelilipan.

@RMH CNT@
Pipi montok Neny merona-rona seperti badut, entah karena gembira ataukah karena kelelahan, pasalnya hari ini adalah pengumuman lolosnya seleksi masuk di sekolah Negri itu. Sudah bisa di tebak dengan cepat.
“ Pasti kamu lulus, ya kan dek,..?” Ahmed menghadang adiknya tepat di depan pintu masuk ruang keluarga.
Neny mengelap keringatnya yang sudah mengering. Dan berlalu masuk tak menghiraukan pertanyaan kakaknya. Ahmed yang merasa di cuekin, jengkel. Ditariknya lengan Neny yang beberapa langkah telah melewatinya.
“ Auwww,..!!!” Teriak Neny kesakitan.
“ Apaan sih…” Teriaknya lagi.
“ Denger gak pertanyaan aku tadi.?” Ahmed makin jengkel.
“ Apa,..” Neny mengerutkan kedua alisnya dan melotot, ikut marah.
“ Lulus seleksi gak,..?” teriak Ahmed tepat di telinga Neny.
Telinga Neny langsung berdenying, ia tak mendengar apa-apa.
Hening.
Neny menangis.
Mendengar tangisan Neny yang tidak bisa pelan, sebagian penghuni Rumah cinta yang sedang asyik dengan aktivitas masing-masing segera berhamburan menuju sumber suara.
Ahmed yang telah membuat adiknya menangis terlihat gugup, kini ia merasa serba salah.
“ kenapa ini.?” Tanya abah yang merasa terganggu dengan ulah mereka.
Neny masih menangis tidak peduli dengan lingkungan sekitar yang terkena polusi suara tangisnya.
“ Ini, baru pulang sekolah tiba-tiba nangis.” Ahmed lempar batu sembunyi langsung.
“ Eh, bukannya hari ini pengumuman lolos tidaknya jadi murid baru di Aliah Negeri Selong bukan,.?” Aku yang keluar sambil membawa sisa cokelat yang kumakan berkomentar.
Rhe langsung memeluk adik perempuannya, meski tak sampai. Maklum tubuh Rhe kan lebih kecil dari pada Neny.
“ Sudah,.. kamu yang sabar ya. Tidak semua keinginan kita akan di kabulkan oleh Allah. Mungkin Allah telah mempersiapkan sekolah yang lebih baik untukmu.” Nasehat Rhe sok bijak sembari mengelus punggung Neny.
Tangis Neny semakin menjadi, air mata dan ingus yang meleleh di usapnya pada pundak Rhe.
“ Kalau kamu tidak lulus di sekolah Negeri, berarti peluang kamu untuk sekolah diluar negeri itu semakin besar dik.” Sambungku membesarkan hati si adik.
“ Iya.” Sambut Rhe.
Neny melepaskan pelukannya. Dan melihat satu-persatu wajah saudaranya.
“ Maksudnya, kamu masih bisa sekolah di sekolah swasta. Sekolah swasta kan sekolah luar Negri.” Aa’ yang sejak tadi hanya diam mendengarkan, kini angkat bicara.
“ Iya.” Sambut Rhe sekali lagi.
“ Iya,..iya,..mulu nih si kecil dari tadi.” aku mendorong pundak Rhe, jengkel.
“ Iya,..ya..” Rhe heran dengan dirinya.
“ Sudah..sudah..” potong Neny.
“ Aku tadi bukan nangis gara-gara itu.” Neny terlihat jengkel.
“ Terus,..” semua kompakan bertanya.
“ Tapi gara-gara itu tuh, si Ahmed yang teriak kenceng di telingaku.” Neny menangis lagi ketika mengingat kejadian tadi. Sepertinya dia trauma.
“ Tapi kamu lulus kan.?” Tanya Aa’.
Dalam tangisnya Neny hanya menjawab dengan anggukan yang kuat.
Ahmed langsung ngibrit, kabur, melarikan diri. Takut di keroyok sodaranya karena telah ngibulin mereka semua. Abah hanya bisa geleng-geleng melihat tingkah buah hatinya.

@ RMH CNT @

“ Woro…Woro-tita…!!! “ Teriak Ahmed lantang, memecah keheningan pagi hingga membuat semua perhatian penghuni rumah cinta tertuju padanya. Aa’ ngiler yang tengah membersihkan sepeda motornya segera berlari ke sumber suara. Wiya dan Rhe yang asik di kamar terpaksa keluar, karena penasaran dengan apa yang tengah terjadi. Neny yang masih sikat gigi sehabis sarapan ikut berlari menemui sodaranya yang sedang berkumpul, untung saja ia masih ingat untuk membawa giginya. Sementara ade Ocit yang baru saja hendak jongkok di atas toilet terpaksa harus menahan pup-nya demi mendengarkan pengumuman yang akan di sampaikan abangnya.
“ Kepada semua rakyatku di kerajaan Cinta ini, harap mendengarkan pesan dan titah dari Raja…” Ahmed sok gaya.
“ Aaah,.. udah deh. Kelamaan. Ade Ocit keburu pup di tempat ne..! “ semprot Neny yang tidak tahan terus-menerus mencium gas beracun yang di tebarkan ade Ocit secara tidak bertanggung jawab.
“ Iya nih. Apaan sih? “ Rhe mulai penasaran.
“ Alah,.. kebanyakan gaya nih anak.! “ Aa’ marah-marah.
“ Iya nih.. paling dia lagi kumat. Atau kalau nggak pasti salah minum obat “aku juga ikut jengkel. “ Udah deh tinggalin aja. Orang carper begitu diladeni..!” bentakku pada yang lain.
“ Tenang…!!! Tenang…!!! Semua di harapkan tenang, dan tetap pada posisi semula…” Ahmed mulai lagi.
“ Woro tita kali ini hanya untuk menyampaikan bahwa, salah satu dari penghuni rumah cinta di naikkan jabatannya,…” Ahmed menggantungkan kalimatnya, sambil mesem-mesem sendiri melihat perubahan raut wajah penghuni Rumah Cinta yang kebingungan.
“ Apa itu,.. a..yo.. ce..pe..tan..!!!” Suara ade Ocit sembari menahan rasa sesuatu yang ingin keluar sejak tadi, dan diamini yang lain.
“ Kita berikan ucapan Selamaaaaaaaaaaaaat.. pada Aa’ kita,… karena mulai hari ini beliau resmi terangkat sebagai ojek pribadi, yang selalu siap sedia mengantar dan menjemput adik-adiknya sekolah.” Ahmed tersenyum bangga.
“ Sialan..” Aa’ marah-marah.
Ketika yang lain sudah siap untuk mengucapkan selamat, Aa’ berlalu begitu saja membawa amarahnya. Semua terbengong-bengong. Sampai-sampai, Neny tidak menyadari kalau ia memasukkan sikat gigi yang sedari tadi terus dipeganginya ke dalam mulut doernya.
Begitu worotita selesai di bacakan, semua bubar.
“ Mau diantar sekolah tidak? “ bentak aa’ pada Neny yang dilihat masih menenteng sikat gigi. “ Kalau iya, cepet siap-siap. Kalau tidak, Aa’ tinggalin ne.” Ancem Aa’ serius. Membuat Neny langsung ciut.. Ade Ocit yang mendengar segera ikut mempersiapkan diri sebelum kena semprot. Dan beberapa menit kemudian, Neny dan ade Ocit telah keluar dengan dandanan yang Necis ( Nenek Cishir, hi…hi..hi..hi…)

@RMH CNT@
Hingga kini waktupun masih berputar pada sumbunya.
Dan telah lewat beberapa bulan, Aa’ menjalani kesibuka paginya sebagai ojek pribadi. Ia betul-betul pekerja yang ulet dan cacingan. He..he.. maksyudnya tekun dan ulet.
Ketika pagi terselimuti kabut
, Dengan keikhlasan hati dan ketulusan jiwa
Tubuh ringkih nan kuyu itupun tak pernah enggan
Keluar menerjang, membelah dinginnya jalan yang beku meregang
Menyibak tabir dan selimut tebal penghangat mimpi
Menggantinya dengan jaket dekil, lusuh yang nyaris tak berwarna lagi
Demi rutinitas pagi, yang mengantarkan adinda yang ia cintai
Hingga kedepan pintu gerbang kemerdekaan negara Indonesia yang bersatu berdaulat adil dan makmur,…

Eit,..eit… ini mau puisi ataw baca undang-undang sih..???!
What ever-lah, yang jelas, buat Aa’… jasamu tiada tara….(oiy..!!!bacanya sambil Nyanyi .!)
Setelah satu bulan berwara-wiri melewati jalan yang sama, ada sesuatu yang menjanggal dalam benak si kecil Ocit, yang sangat ingin ia tanyakan pada Aa’. Dan akhirnya setelah mengumpul keberanian yang ia rasa cukup untuk itu, ia pun bertanya ketika melintasi tempat itu kembali.
Di bacanya sekali lagi dengan sedikit lantang tulisan yang tercetak tebal dengan huruf kapital yang terpajang tepat di depan tembok luar gedung sekolah itu.
“ SLB NEGERI SELONG “
“ Kak. SLB itu apaan sih? “ dengan suara cadelnya dan wajah yang di pajang sepolos mungkin, ade Ocit bertanya.
Aa’ tak langsung menanggapi. Ia masih sibuk dan berkonsentari dengan motornya.
Merasa tak diperhatikan, ade Ocit mengulangi pertanyaan yang sama.
“ Ooo… itu. SLB itu singkatan dari Sekolah Luar Biasa. “ Jawab Aa’ sekenanya.
“ jadi yang sekolah disitu hanya orang-orang hebat dan yang luar biasa saja yang di terima.” Sambung Aa’ menjawab rasa penasaran adik kecilnya. Ade Ocit hanya manggut-manggut, entah mengerti atau tidak, dengan apa yang diucapkan kakaknya itu.
“ Kalau kamu mau sekolah di sana, kakak bisa usahakan. “ Aa’ memecah keheningan yang terjadi.
“ Emang bisa? “ kejar ade Ocit masih penasaran.
Aa’ mengangguk mantap. Membuat Ocit begitu yakin.
Ia sudah membayangkan betapa bangganya ia nanti, jika bisa masuk di sekolah yang luar biasa. Dan hal itu telah ia pegang kuat dalam hati, kalau kelak ia akan umumkan pada teman-temannya, jikalau lulus Es-De nanti ia akan melanjutkan sekolahnya ke SLB. Ocit senyum-senyum sendiri membayangkan dirinya tengah menuntut ilmu di tempat yanag sering ia lewati setiap ia diantar sekolah. Dan ia pun berjanji pada dirinya sendiri untuk belajar dengan tekun sebelum semua kakak-kakaknya memintanya dan iapun akan meminta pada Abah, agar beliau mau menyekolahkannya di tempat yang luar biasa itu.
Sesampainya di sekolah, ade Ocit dengan semangat 45 menceritakan tentang sekolah luar biasa yang baru pertama kali ini didengarnya. Dan teman-temannya yang nota bene juga sama seperti dia yang pertama kali mendengar nama sekolah tersebut ikut terheran-heran dengan cerita si cadel yang lebay (berlebihan). Melihat reaksi teman-temannya, tak urung si cadel itu menambahi bumbu dalam ceritanya, agar terdengar lebih gurih.

@RMH CNT@
Senangnya hatiku, turun semua cacingku, la..la..la..la..la..
Sepulangnya sekolah, di sepanjang perjalannya ade Ocit berdendang dengan riang, karena ia berencana kalau hari ini ia sendiri yang akan langsung meminta pada pada abah, kemana ia hendak akan melanjutkan studynya selepas Sekolah Dasar nanti. Ia teringat bunyi wejangan abah ketika kakaknya (Neny) dimintai pendapat hendak sekolah dimana.
Bunyinya tidak jauh seperti ini.
“ Nak, sekarang kamu sudah besar dan tentu kamu telah bisa memilih sekolah mana yang kamu rasa cocok dan layak untukmu dan yang benar-benar kamu inginkan.”
Sebagai anak paling bongsor, tentu ia tidak ingin di katakan anak kecil, meskipun kenyataannya dari segi dan sudut manapun ia tetap tergolong anak kecil yang mulai menua. Begitu sampai dirumah, si kecil langsung meraih tangan ummi dan abah untuk salaman. Tak mau berlama-lama, ade Ocit langsung to the poin pada masalah yang tengah di hadapinya. Tanpa menggunakan kata pengantar terlebih dahulu, ade langsung menanyakan kegalauan hatinya.
“ Bah,. Kalau Ocit lulus sekolah nanti, Ocit boleh memilih sendiri sekolah lanjutannya kan.? “ Tanyanya antusias.
Abah tak bereaksi apapun, masih sibuk membaca literatur kitab-kitab gundulnya.
Ade Ocit sedikit kecewa, iapun mendesah.
Ibu yang langsung mengerti dan menyadari, mencoba menenangkan.
“ untuk masalah sekolah lanjutan, itu gampang nak. Yang penting sekarang, kamu rajin-rajin belajar, supaya pintar dan lulus. Ya! “ ibu mengusap kepala putra bungsunya lembut.
Meski kecewa, Ocit hanya bisa nurut saya.
“ Nasib jadi anak kecil..” gerutunya pelan, dan beranjak meninggalkan ibu dan abah yang masih di perpustakaan seraya menghentakkan sebelah kakinya.
Bunda hanya bisa tersenyum, melihatnya.
Suasana di rumah Cinta masih sepi, tak ada keributan. Karena Aa’ ngiler sedang tertidur. Sepertinya ia kecapaian, sementara Neny belum pulang sekolah, aku sibuk dengan karya-karya tulis yang akan kuciptakan di dalam kamar. Kalau Ahmed dan Rhe entah kemana, disembunyikan ama anak jin kali. Iiiih,..serem….!!!.
Tak menemukan seorangpun untuk di ajak diskusi, akhirnya ade Ocit memberanikan diri untuk menggangguku yang tengah asyik bergelut dengan kertas dan polpen.
“ Nulis apa kak..?” Basa-basi yang kelewat basi.
“ makan..” jawabku singkat.
“ Bukannya kakak lagi nulis..?” Ocit bingung, ia mungkin berfikir kalau aku akan memakan kertas-kertas yang berserakan di kamarku itu.
“ Emang, kamu lihat kakak lagi ngapain?. Keluar gi! Jangan ganggu…” Usirku tak berperi ke-Ade-an.
Ocit cemberut, tetapi demi masalah yang tengah membuncah di dadanya, ia tetap bertahan dalam ruang persegi empat itu.
Aku masih acuh, tak peduli. Tetap menulis.
“ Mbak.. nanyak boleh?”
“ Apa!”
“ Yes” Ocit senang.
“ eS-eL-Be itu apaan sih..?”
Sudah bisa kalian tebak, tentu jawabanku tak jauh beda dengan kakakku yang super jail itu.
“ Sekolah Luar Biasa.” Jawabku singkat.
“ Kenapa.? “ aku bertanya dengan mata yang masih fokus pada lembar kertas.
“ Di sana yang sekolah siapa aja? “
“ Ya,.. tentunya orang-orang yang tidak biasa, artinya yang luar dari biasa “ tetep acuh.
“ Maksudnya hanya orang-orang yang pintar ya,..? “ dengan tampang yang dodoooool …..banget.
“ Hmm..hmm…” aku hanya mengangguk.
“ Makasi ya kak…” suara ade Ocit berlalu begitu saja dari telingaku.
Masih belum puas dan yakin dengan jawaban yang ku berikan , ade Ocit bertekad untuk mencari info yang lebih akurat lagi dengan sekolah impiannya.

@RMH CNT@
Hari ahad pagi, menjadi hari pavorit buat mas ojek pribadi. Itu semua karena pelanggan setia pada libur sekolahnya.
“ To day is NGOROK DAY….!!! “ teriakanku mengganggu ketenangan Aa’ di pulau kapuk (kasur).
Aa’ yang setengah kesadarannya telah tertelan jauh ke dasar bumi, tak kan pernah bisa terusik dengan suara apapun.
Sementara ade Ocit yang sejak pagi tadi sudah bersiap-siap untuk menggali info tentang sekolah impiannya mondar-mandir tak karuan. Aku yang melihatnya jadi geregetan. Melihat kakaknya melotot, ade Ocit langsung ngibrit keluar.
Begitu sampai di luar, ia langsung bergabung dengan anak tetangga yang tengah asyik bermain kelereng.
Mendengar suara anak-anak yang tengah bermain di depan rumahnya, sang pemilik rumah yang biasa di panggil Mak Cik oleh para tetangga keluar sekedar ingin memeriksa keadaan.
Sepertinya ade Ocit kalah main, sehingga ia harus terpaksa duduk menunggu gilirannya kembali.
“ Kalah Cit..? “ tanya Mak Cik, menyapa Ocit yang bengong.
Ade Ocit hanya menjawabnya dengan anggukan.
Mengingat kalau Mak Cik itu adalah seorang guru eS-De, Ocit langsung punya ide untuk menanyakan kegalauan hatinya.
“ Mak.. SLB itu apaan sih..?” tanyanya to the poin, membuat si mamak sedikit ragu untuk menjawabnya. Mengingat tugasnya sebagai guru yang harus menjawab rasa ingin tahu seorang murid, akhirnya Mak Cik pun menjawabnya.
Ade Ocit sedikit sedih mendengar jawaban Mak Cik yang masih sama seperti kakak-kakaknya. Ia berfikir bagaimana cara mendapatkan info yang lebih.
“ Yang sekolah disana pasti orang-orang pintar ya Mak?”
“ Ada yang pintar, ada juga yang bodoh. Sama seperti sekolah lain. Memangnya kenapa Cit ?”
“ Aa’ bilang, kalau besok selulus Ocit dari eS-De akan di sekolahkan disitu.”
Mendengar jawaban polos dan dodolnya Ocit, kontan membuat Mak Cik tertawa. Tubuh gembulnya bergoncang keras.
Ade Ocit kebingungan.
Bengong. Menunggu Mak Cik berhenti tertawa.
“ Ocit..Ocit… kamu yakin sekolah di sana ?” sambung si mamak sambil menahan tawa.
Ade Ocit tak menjawab.
“ Cit. yang sekolah disana hanya orang cacat, orang yang tidak bisa mendengar, melihat dan orang-orang yang cacat mental alias idiot.” Terang Mak panjang lebar.
Seketika muka ade Ocit berubah pias, merah ,eh,..nggak ding, berubah gelap karena kulitnya kan item angus. Ia kecewa. Ia langsung berlari meninggalkan mamak yang masih menertawakannya.
Di dalam rumah, ade langsung menemuiku yang baru selesai menyapu. Ade Ocit langsung protes habis-habisan meluapkan rasa malunya.
“ ?!?!!@#$%&*? ” aku bengong tak mengerti maksud perkaktaan ade Ocit yang cadel dan gak jelas. Melitah kebingunganku ade Ocit menjelaskan kalau sebenarnya ia begitu berambisi untuk sekolah disana, kontan saja aku langsung melepaskan tawa tanpa pernah diminta.
Karena malu ade Ocit menangis.
Aku masih geli.


Pesan Moral :
Untuk anda yang merasa menjadi orang yang luar biasa, maka yakinlah kalau Sekolah Luar Biasa menjadi pilihan yang tepat untuk melanjutkan jenjang pendidikan anda. Dan andapun akan menjadi lulusan terbaik dan Luar Biasa di almamater anda. Selamaat…selamaaat… =)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar