RUMAH CINTA

Minggu, 25 Oktober 2009

4. KATROK ABIZZZZZ...

Pagi yang indah, bunga-bunga merekah, alam tersenyum ramah di hari cerah yang di liputi berkah. Hari Jum’at pagi, di musim libur sekolah seperti ini, biasanya penghuni rumah cinta akan melakukan berbagai aktivitas berbeda. Misalnya Ummi, pagi-pagi begini sudah menyapu halaman dan memasak untuk sarapan. Abah seperti biasa sehabis tilawah akan JJP alias Jalan-Jalan Pagi. Nah kalau ade Ocit dan Aa’ Ngiler pasti pagi begini masih molor di ranjang. Soalnya gak ada jadwal ngojekin adek-adeknya kesekolah. Kalau yang cewek-cewek seperti Wiya, Rhe dan Neni akan bagi tugas untuk bantu-bantu Ummi di dapur. Ada yang nyuci piring, ada yang ikut memasak dan ada juga yang bersih-bersih rumah. Nah Ahmed sendiri lansung bertindak sebagai penghibur.tapi, yang jelas bukan lelaki penghibur loh. Karena pagi-pagi begini dia pasti lansung menyetel MP3 murathalnya syaikh Sudeis dan musik-musik penyejuk hati. Betul-betul hari yang indah di rumah yang di liputi berkah.
Usai sarapan berjama’ah yang menjadi simbol kebersamaan dan kekompakan keluarga ini. Biasanya salah satu dari buah hati Ustaz Hamzah akan membuka opini atau topik pembicaraan yang dapat menghangatkan suasana kebersamaan. Dari banyolan sampai kritik pedas sosial semua di lancarkan. Beruntung abah adalah seorang kepala keluarga bijak dan demokrat yang selalu mendengar dan menerima setiap kritik dan pendapat anak-anaknya dengan hati yang lapang. Itulah mengapa abah menjadi kepala keluarga kebanggaan Rumah Cinta ini.

@RMH CNT@
Usai menjalani aktivitas pagi yang menyibukkan. Enam bersaudara itu pun mereunikan diri tepat di depan televisi yang sedang menyala. Rebut-rebutan remot pun terjadi. Yang kecil tak mau kalah, dan yang besar pun tak mau mengalah. Perang mulut pun terjadi. Tapi bisa di pastikan akan berakhir dengan canda dan tawa yang meriah.
Hari ini kebetulan sekali, si sulung yang telah meried datang bersama suami dan anaknya yang masih berusia satu tahun dan membuat suasana di rumah cinta semakin semarak. Lengkap sudah pormasi penghuni Rumah Cinta yang terdiri dari tujuh orang bersaudara plus ibu dan abah. Melihat anak cucunya berkumpul dan saling melepaskan rasa rindu, membuat hati dan perasaan suami isteri paruh baya itu bahagia tak terkira.
“ Semoga kebahagian dan keberkahan ini terus menyelimuti rumah cinta “ Doa Abah yang lansung di amini ibu,
Ketika Matahari mulai menanjak tinggi, Abah segera menyiapkan diri untuk jum’atan, sementara yang lain masih asyik dengan lakonnya masing-masing.
“Hajjah,..!!! “ panggil abah pada permaisuri tercintanya.
“ tolong belikan shampo.! Sudah lebih tiga bulan gak pake shampo. Mumpung hari Jum’at sekalian sunnahnya. “ pinta abah melihat ibu yang datang menghampirinya.
Abah menggaruk-garuk kepalanya di dekat Wiya yang tengah sibuk menjemur cuciannya.
“ Iih,.. Abah jorok banget sih. Cucian Wy jadi kotor lagi nih. “ Wiya cemberut satu senti sambil menggeser bak cuciannya sedikit lebih jauh. Abah tetap tidak peduli masih menggaruk-garuk kepalanya yang gatal. Serta merta salju pun bertebaran turun dari rambut hitam legam abah.
“ Abah kok buat ujan salju sih di dekat cucian Wiya..! “ Wiya makin sewot.
“ Salju,..? bukannya ini namanya reki. “
“ Ih,.. ini mah bukannya ketombe lagi. Tapi udah kayak salju. ! “ Wiya menngangkat bak cuciannya dan pindah ke tempat lain.
Abah hanya tersenyum melihat putrinya marah-marah.
“ Kok bisa sebanyak ini sih, nih ketombe. ? terakhir kali shampoan kapan ya,..? “ Abah bingung sendiri mengingat kapan terakhir kali memakai shampo.
Di kios samping rumah, ibu sedang sibuk memilih shampo yang cocok untuk abah. melihat ada sasetan yang lumayan lebih panjang di antara deretan shampo sasetan yang lain. Ibu langsung mengambil dua.
“ Sepertinya yang ini pas. Soalnya rambut kak Tuan kan lumayan tebal. Jadi kalau shamponya sebanyak ini pasti cukup. Kebetulan aku juga mau shampoan. Udah lama gak shampoan.” Ibu pun keluar dari kios setelah membayar shampo saset yang di belinya.

@ RMH CNT @
Dengan mata yang masih mengantuk, Ahmad duduk di tangga yang menuju ke kamar atas di samping pintu menuju kamar mandi ngantre jatah mandi. Karena melihat pintu kamar kecil tertutup, Ahmad duduk menikmati masa penantiannya dengan kembali terlelap dan menyambung mimpinya yang terputus sampai Abah keluar dari kamar mandi membangunkannya.
“ Ahmed…” Abah memercikin bekas air wudu’nya tepat di wajah Ahmd yang masih loyo.
“ Ada shampo Bah..? “ tanya Ahmad lansung sigap bak tentara yang di perintah komandannya.
“ Sepertinya habis, ibumu Cuma beli satu tadi buat abah saja.” jawab abah langsung, wajah pias Ahmed terlihat kecewa, karena sebenarnya ia ingin sekali menyempurnakan sunnah jum’atnya kali ini. Abah ikut iba.
Ahmad pun langsung mandi meski gak shampoan.
Aa’ ngiler yang sudah rapi jali dengan bau semerbak mewangi yang aduhai bikin kepala jadi puyeng hai, telah siap-siap hendak berangkat jum’atan, namun melihat tak satupun dari pejantan rumah cinta yang berangkat, Aa’ ngiler mengurungkan niatnya berangkat lebih dulu, demi menjaga keutuhan dan kekompakan yang menjadi citra Rumah Cinta, Aa’ dengan dada yang sudah memang lapang menunggu Abah dan Ahmad.
“ Hajjah,..!! “ panggil abah ketika hendak berangkat pada ibu yang masih di dapur.
Berselang sekian detik ibu langsung datang mendengar isyarat panggilan dari suami tercinta.
“ Mana saputangan yang kemaren di cuci itu.? “ tanya abah sambil memperbaiki letak kerah jasnya.
Takut dimarahai karena ibu lupa menaruhnya dimana, ibu langsung masuk ke kamar Wiya dan mengacak isi lemari. Melihat selayer hitam dan sesuatu terbungkus indah ibu langsung mengambilnya beberapa lembar tanpa sepengetahuan yang empunya lemari dan memberikan abah. dengan heran abah menerimanya. Melihat keheranan sang suami, ibu langsung menjelaskan kalau kertas tipis yang terbungkus indah itu adalah tissue, untuk mengelap keringat. Abah langsung tersenyum mengiyakan dan memasukkannya ke dalam kantong jas putihnya.
Tidak lama dari masa menunggunya, Abah pun keluar dengan dandanan necis dan berwibawa, beliau mengenakan gamis putih, jas putih, dan sorban putih. Wiya yang baru selesai membantu ibu di dapur langsung berkomentar melihat kostum abahnya minggu ini.
“ Waw..!!! “ Wiya terbelalak.
“ gimana,..? cocok,..? “ tanya abah sambil memperbaiki kerah jasnya dan berputar-putar layaknya pragawan.
Wiya berdecak kagum tak percaya dengan apa yang di lihatnya sambil memperhatikan tiap inci dari kostum abah dari ujung kaki hingga ujung sorbannya.
“ Bagaimana,..? “ tanya abah penasaran dari depan pintu kamarnya.
Wiya masih mematung dan manggut-manggut bagai juri lomba kostum jum’atan.
“ Wah,.. Wiya gak bisa komen mengenai penampilan abah kali ini. Kalau boleh di ibaratkan nih,.. abah bak seorang malaikat pencabut nyawa yang akan pergi mencabut nyawa kekasihnya. “ Wiya sok puitis.
“ Lho,…?!?! “ Aa’ ngiler yang diam-diam ternyata ikut mendengar jadi bingung dengan perumpamaan yang diberikan adiknya itu.
“ Bukannya kalau malaikat maut akan terlihat begitu tampan dan rupawan manakala ia akan pergi mencabut nyawa kekasihnya yang juga kekasih-kekasih Allah,.?. sedangkan yang kita bayangkan kalau malaikat maut adalah sosok yang sangat menyeramkan dan menakutkan. Nah,..cocok sekali kalau abah diibaratkan seperti itu yang pada dasarnya abah adalah sosok yang terlihat begitu menyeramkan dan dengan mengenakan kostum seperti ini abah terlihat begitu rupawan. Bagaimana..?!” Wiya mengangkat kedua alisnya yang berantakan.
“ Te-pat,…!!! “ sambut Ahmed yang baru keluar dari kamarnya.
“ Ah,..kamu ada-ada saja. Sudah,..sudah,. ayo berangkat,..!!” ajak abah takut terlambat karena pekan ini adalah jadwal tugas abah menjadi khatib. Siap berangkat Aa’ ngiler pun menjitak kepala wiya dengan geregetan. Wiya yang tidak terima langsung berusaha membalas, sayang Aa’ ngiler keburu kabur mengejar abah dan Ahmed yang menunggu di gerbang depan.
Sambil menunggu kedatangan Aa’ ngiler, Ahmaed mengibas-ngibas rambutnya yang masih basah.
“ Med,.. jadi sampoan gak tadi,..? “ Tanya abah melihat Ahmed mengibas-ngibas rambutnya yang sedikit kribo. Ahmed hanya menjawabnya dengan gelengan saja.
“ Abah ada minyak rambut baru. Abah tadi pake, hasilnya top jer buktinya rambut abah terasa makin lembut..”
“ O,..ya,..!?! “ sambut Ahmed mendengar promosi abahnya.
“ Pokoknya kamu harus coba.!!! “ promo abah semakin antusias melihat Ahmed yang masih belum tahu.
“ Bisa gak ngelembutin dan ngelurusin rambut kribo keren ini. ? “ tanya Ahmed menarik ujung rambutnya keribonya kasar.
“ Pasti dong..!! “ Abah terlihat sangat yakin.
Ahmed manggut-manggut setuju.

@ RMH CNT @
Waktu istirahat siang merupakan momen yang paling tepat bagi semua penghuni Rumah Cinta untuk berkumpul di depan televisi sambil menikmati santap siang. Menu sederhana namun penuh berkah terasa sangat nikmat di santap. Dengan lahap mereka menikmati hidangan yang di siapkan bunda. Dan dengan bumbu-bumbu cintanya pula bunda memanjakan lidah orang-orang yang disayanginya.
Usai makan seperti biasa, penghuni Rumah Cinta tak langsung membubarkan diri.
“ Hajjah…! “ tegur abah pada ibu yang sedang minum.
“ Shampo yang di belikan tadi kok gak ada busanya ya,..? “ tanya abah polos.
“ Iya,.. tiang juga tadi gak bisa berbusa. “ Jawab ibu gak kalah polosnya.
“ Mungkin sampo baru, emang begitu. “ sambung ibu kembali dengan nada sok tau.
“ Emang sampo yang bunda pakai apa.? “ tanya Wiya.
“ Gak tau, tapi isinya lumayan banyak kan ? “ tatapan ibu kembali ke abah. Abah hanya mengangguk.
Ahmed yang semenjak berangkat jum’atan penasaran dengan minyak rambut yang di ceritakan abah langsung menteror abah untukmengambilkannya..
“ Ambil saja di kamar abah. “ dengan tatapan mata tidak berpaling dari layar televisi.
Ahmed segera berlari ke kamar abah untuk mengambil barang yang dimaksud. Setelah menemukan benda yang dimaksud, tanpa sengaja Ahmed melihat bungkus saset sampo yang di beli ibu tadi dan ia membawanya serta keluar.
“ Yang ini bah,..? “ Tanya Ahmed menunjuk mangkok plastik kecil.
“ Iya. Coba aja Med..!! “ suruh abah.
Sebelum mencobanya Ahmed membaca doa sebelum tidur untuk mengampuhkan efek minyak rambut itu pada rambut keribonya.
“ Bener nih bah,.. rambut ane bisa lurus ? “ tanya Ahmed sekedar meyakinkan saja.
“ Coba aja dulu. Hasilnya nanti bisa belakang. “
Ahmed langsung mencobanya, ia melumuri rambut keribonya dengan krim yang dibawanya dari kamar abah.
“ Gimana,..? “ Tanya abah.
“ Kok baunya aneh ya bah,..? “
“ Aneh gimana,..? “
“ Iya nih. Kok aromanya aneh begini. “ Rhe ikut-ikutan.
“ Sini liat.!! “ Wiya menarik mangok kecil plastik itu dari tangan Ahmed kemudian membaca aturan pakai dan komposisinya bersama Rhe.
Beberapa menit kemudian.
Tawa Rhe dan Wiya meledak. Membuat abah, ibu, Ahmed heran. Neni dan Aa’ yang asyik menonton teve jadi terganggu. Semua heran.
“ Kenapa “ Tanya mereka kompakan.
Wiya dan Rhe tidak bisa menghentikan tawanya. Abah dan ibu jadi geregetan. Kepala Ahmed terasa gata-gatal.
Setelah menarik nafas Wiya angkat suara.
“ Abah,.. yang ini bukan minyak rambut. Tapi,….”
“ Ha,..ha,..ha,..ha,..ha,.. “ Rhe dan Wiya kembali tertawa. Neni yang penasaran ikut membaca dan tertawa juga.
“ Yang itu kan lulur mandi bukan minyak rambut…ha..ha..ha..ha..” sambut Neni di tengah tawanya.
“ Ha,..!!! @#$%^%$# “ Ahmed bengong masih memegang kepalanya yang terlumuri krim lulur mandi.
Semua tertawa.
“ Ini juga, ngapain bawa hand body saset “ Aa’ menunjuk sasetean yang tergeletak di samping Ahmed.
Dengan polosnya abah menjawab,
“ Itu sampo yang dibeli ibumu tadi. Tapi gak da busanya. Katanya sampo model baru. “
Tanpa di komando anak-anak Rumah Cinta tertawa lagi. Karena mereka gak nyangka aja kalau ibu mereka tidak bisa membedakan antara shampo saset dengan handbody saset.
Saat suasana di selimuti tawa, tiba-tiba abah mengeluarkan kertas tipis terbungkus gambar bung-bunga berwarna biru dari dalam kantongnya. Masih dalam pengaruh tawanya, Wiya yang melihat dan tidak merasa asing dengan benda itu langsung bertanya.
“ Itu apa bah.? “ tunjuknya pada benda mungil itu.
“ Gak tau, ibumu tadi yang kasi, katanya sih tissue tapi kok ya tadi waktu abah buka di masjid sebelum mulai khotbah rasanya lengket. “ komen abah pada benda yang di peganginya dan memberikan Wiya.
Tanpa ba-bi-bu tawa Wiya kembali terdengar, di sambut Rhe dan Neni. Para pejantan jadi bingung.
Sambil menunjuk-nunjuk ke arah benda tipis itu, Wiya, Rhe dan Neni dengan kompak menjawab.
“ Ini Soptex alias pembalut untuk keputihan. “
“ Ha..ha..ha..ha..ha.. “
Semua anak-anak tertawa.
“ Mana abah tau kalau itu pembalut. Abah Cuma terima apa yang ibu kasi. “ sambut abah tanpa sok dosa.
“ Ini salah ibu yang gak tanya-tanya dulu. Habis bungkusnya kelihatan bagus sekali seperti tissue. “ Ibu mengakui kekeliruannya.
“ Malu bertanya malu berkata. “ Sambung Ahmed masih dalam tawanya. Aa’ ngiler sampe guling-guling capek ketawa.
“ Ibu, abah katrok abizzzzzzzzzzzzzzzz,………..!!!” Suara Neni melengking dahsyat.

Pesan moral :
Melumuri kepala dengan lulur mandi ternyata membuat kepala menjadi semakin lembuuu…t. Itu karena semua rambutnya telah rontok,..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar